Rabu, 06 Oktober 2010

PERTANIAN ORGANIK


APA ITU PERTANIAN ORGANIK ?

Pertanian organik adalah sistem produksi pertanian yang holistik dan terpadu, dengan cara mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas agroekosistem secara alami, sehingga menghasilkan pangan dan serat yang cukup, berkualitas, dan berkelanjutan.

LAHAN

Lahan yang digunakan untuk produksi pertanian organik harus bebas dari bahan kimia sintetis (pupuk dan pestisida). Terdapat dua pilihan lahan :

1.    Lahan pertanian yang baru dibuka atau,
2.    Lahan pertanian intensif yang telah dikonversi menjadi lahan pertanian organik.

Lama masa konversi tergantung sejarah penggunaan lahan, pupuk, pestisida, dan jenis tanaman.

PUPUK ORGANIK

Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari bahan-bahan organik seperti pangkasan daun tanaman, kotoran ternak, sisa tanaman, dan sampah organik yang telah dikomposkan.

PENGELOLAAN KESUBURAN TANAH

Untuk mencukupi kebutuhan hara tanaman, maka upaya peningkatan kesuburan tanah secara alami melalui daur ulang nutrisi tanaman, harus dioptimalkan dengan mengandalkan perbaikan aktivitas biologis, serta fisik dan kimia tanah dengan prinsip :

Mengembalikan  hara  atau  nutrisi  yang terangkut panen dengan menambahkan pupuk organik dari berbagai sumber (pangkasan tanaman, pupuk kandang), secara periodik ke dalam tanah baik dalam bentuk segar atau kompos, Mengembalikan sisa-sisa panen serta serasah ke lahan untuk mengembalikan hara terangkut tanaman, Menanam tanaman legum sebagai tanaman pagar (hedgerow) yang bermanfaat sebagai sumber pupuk organik, pakan ternak, dan di sisi lain    berfungsi    sebagai    perangkap inang/predator, Mengintegrasikan ternak dalam kebun organik, selain kotoran yang dihasilkan digunakan sebagai pupuk, daging ternak dapat dikonsumsi sebagai produk daging organik,

Menambahkan bahan amelioran alami seperti kapur dan fosfat alam, bila terjadi kahat hara Ca dan P pada tanah yang tidak dapat diatasi dengan pupuk organik (bahan-bahan ameliorant yang diizinkan terdapat dalam SNI 01-6729-2002). Menyediakan air yang cukup dan bebas kontaminasi bahan agrokimia.

 



Siklus hara dalam pertanian organik

·         Tanaman ditanam pada bedengan berukuran 1x(8-10) m, disesuaikan dengan ketersediaan lahan di lapangan,
·         Membuat strip rumput di sekitar bedengan untuk mengawetkan tanah dari erosi dan aliran permukaan,
·         Mengatur dan memilih jenis tanaman sayuran dan legum yang sesuai untuk sistem tumpang sari seperti lobak, bawang daun dengan kacang tanah.
·         Mengatur rotasi tanaman sayuran dengan tanaman legum dalam setiap musim tanam,
·         Mengembalikan sisa panen/serasah tanaman ke dalam tanah dalam bentuk segar atau kompos,
·         Memberikan pupuk organik yang bervariasi (pupuk hijau, pupuk kandang, dan lainnya) sehingga semua unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman cukup tersedia,
·         Menanam tanaman yang berfungsi untuk pengendalian hama dan penyakit seperti kenikir, kemangi, tephrosia, lavender, atau mimba di antara bedengan tanaman sayuran,
·         Menjaga kebersihan areal pertanaman

FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG PERTANIAN ORGANIK

Teknologi budidaya sayuran organic

Benih tidak boleh berasal dari produk hasil rekayasa genetika atau Genetically Modified Organism (GMO). Sebaiknya benih berasal dari kebun pertanian organik,
Pengendalian hama, penyakit, dan gulma tidak boleh menggunakan pestisida kimia sintetis, tetapi dilakukan dengan cara mekanik seperti hand picking, membuang bagian tanaman yang sakit, dan menggunakan pestisida nabati bila diperlukan, serta menjaga keseimbangan ekosistem, Penanganan pasca panen sesuai dengan persyaratan pasca panen pertanian organik.

PROSPEK PERTANIAN ORGANIK

            Di Indonesia sendiri, gaung pertanian organik sudah berkembang sekitar 10 tahun yang lalu, akan tetapi pemainnya dapat dihitung dengan jari (Trubus No. 363, 2000). Kemudian meningkat pesat sejak terjadi krisis moneter, dimana sebagian besar saprodi yang digunakan petani melonjak harganya berkali-kali lipat. Petani mulai melirik alternatif lain dengan model pertanian organik. Melalui proses adaptasi, pertanian organik mulai digeluti dan mendapat respon yang cukup baik, dengan ditandai oleh bermunculnya kelompok petani organik di berbagai daerah. Di Jawa Tengah, sentra pertanian organik terletak di Klaten, Yogyakarta, Karanganyar, Magelang, dan Kulonprogo. Di Jawa Barat; Bogor, Bandung dan Kuningan. Di
Jawa Timur; Malang, serta beberapa daerah di Bali Meskipun pertanian organik ini masih sedikit diusahakan, akan tetapi pertumbuhannya sangat penting di dalam sektor pertanian. Sebagai gambaran, di Austria dan Switzerland menunjukkan bahwa kebutuhan pertanian organik
diperkirakan mencapai lebih dari 10 persen, sedangkan Amerika, Perancis, Jepang dan Singapura meningkat rata-rata 20 persen setiap tahun.

Permintaan akan produk-produk organik merupakan peluang dunia usaha baru baik untuk tujuan ekspor maupun kebutuhan domestik. Beberapa Negara berkembangpun mulai memanfaatkan peluang pasar ekspor produk organik ini terhadap negara maju, diantaranya buah-buah daerah tropik untuk industri makanan bayi ke Eropa, herbas Zimbabwe ke Afrika Selatan, kapas Afrika ke Uni Eropa, dan teh Cina ke Belanda dan kentang ke Jepang.

            Umumnya, ekspor produk organik dijual dengan harga cukup tinggi, biasanya 20 persen lebih tinggi dari produk pertanian non-organik. Keuntungan pokok pertanian organik sangat bervariasi, dalam beberapa kajian ekonomi menyatakan bahwa pertanian organik memiliki akses nyata terhadap prospek jangka panjang.

Beberapa studi menunjukkan bahwa pertanian organik berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah tenaga kerja dibandingkan dengan pertanian konvensional. Terutama pada sistem pertanian organik melalui diversifikasi tanaman, perbedaan pola tanam dan jadwal tanam dapat mendistribusikan kebutuhan tenaga kerja berdasarkan waktunya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar