Rabu, 28 Desember 2011

Pengamatan Gulma

Salam Sobat Blogger,,
X ne mau nulis tentang tugas kuliah ane..
Yaitu pengamatan Gulma pada tanaman budidaya Padi Sawah,
Pengamatan Dilakukan di desa Sekernan, Kabupaten Muaro Jambi, Jambi.


Ne foto sebelum Keberangkatan,
(kiri-kanan : Tengku Imam, Chiho Abe, Ricardo, Frans Margint, Jezki )

 Lagi mengamati lokasi sampel gulma di desa sekernan


Mengamati lokasi sample..

 Penentuan Petak sample untuk mengamati gulma.

 Mengambil sample gulma

Mengambil Sample


 Mengamati dan mendeskripsikan gulma

 Foto bareng neh..

Foto Bareng Lagi..

 Foto Bareng Bersama Petani nya,,
Kebetulan Petaninya Mahasiswa juga..

Wawancara dengan Petaninya,,
LIVE.


Ne dia penampakan Gulma-gulma yang diamati..
Cekidot...
















READ MORE - Pengamatan Gulma

Senin, 14 November 2011

Tahapan-tahapan Kultur Jaringan

a. Pemilihan dan Penyiapan Tanaman Induk Sumber Eksplan

Sebelum melakukan kultur jaringan untuk suatu tanaman, kegiatan yang pertama harus dilakukan adalah memilih bahan induk yang akan diperbanyak. Tanaman tersebut harus jelas jenis, spesies, dan varietasnya serta harus sehat dan bebas dari hama dan penyakit. Tanaman indukan sumber eksplan tersebut harus dikondisikan dan dipersiapkan secara khusus di rumah kaca atau greenhouse agar eksplan yang akan dikulturkan sehat dan dapat tumbuh baik serta bebas dari sumber kontaminan pada waktu dikulturkan secara in-vitro.


Lingkungan tanaman induk yang lebih higienis dan bersih dapat meningkatkan kualitas eksplan. Pemeliharaan rutin yang harus dilakukan meliputi: pemangkasan, pemupukan, dan penyemprotan dengan pestisida (fungisida, bakterisida, dan insektisida), sehingga tunas baru yang tumbuh menjadi lebih sehat dan dan bersih dari kontaminan. Selain itu pengubahan status fisiologi tanaman induk sumber eksplan kadang-kadang perlu dilakukan seperti memanipulasi parameter cahaya, suhu, dan zat pengatur tumbuh. Manipulasi tersebut bisa dilakukan dengan mengondisikan tanaman induk dengan fotoperiodisitas dan temperatur tertentu untuk mengatasi dormansi serta penambahan ZPT seperti sitokinin untuk merangsang tumbuhnya mata tunas baru dan untuk meningkatkan reaktivitas eksplan pada tahap inisiasi kultur (Yusnita, 2003).


b. Inisiasi Kultur

Tujuan utama dari propagasi secara in-vitro tahap ini adalah pembuatan kultur dari eksplan yang bebas mikroorganisme serta inisiasi pertumbuhan baru (Wetherell, 1976). Ditambahkan pula menurut Yusnita, 2004, bahwa pada tahap ini mengusahakan kultur yang aseptik atau aksenik. Aseptik berarti bebas dari mikroorganisme, sedangkan aksenik berarti bebas dari mikroorganisme yang tidak diinginkan. Dalam tahap ini juga diharapkan bahwa eksplan yang dikulturkan akan menginisiasi pertumbuhan baru, sehingga akan memungkinkan dilakukannya pemilihan bagian tanaman yang tumbuhnya paling kuat,untuk perbanyakan (multiplikasi) pada kultur tahap selanjutnya (Wetherell, 1976).



Untuk mendapakan kultur yang bebas dari kontaminasi, eksplan harus disterilisasi. Sterilisasi merupakan upaya untuk menghilangkan kontaminan mikroorganisme yang menempel di permukaan eksplan. beberapa bahan kimia yang dapat digunakan untuk mensterilkan permukaan eksplan adalah NaOCl, CaOCl2, etanol, dan HgCl2.


Kesesuaian bagian tanaman untuk dijadikan eksplan, dipengaruhi oleh banyak faktor. Tanaman yang memiliki hubungan kekerabatan dekat pun, belum tentu menunjukkan rspon in-vitro yang sama (Wetherell, 1976). Penggunaan eksplan yan tepat merupakan hal penting yang juga harus diperhatikan pada tahap ini. Umur fisiologis dan ontogenetik tanaman induk, serta ukuran eksplan bagian tanaman yang digunakan sebagai eksplan, merupakan faktor penting dalam tahap ini. Bagi kebanyakan tanaman, eksplan yang sering digunakan adalah tunas pucuk (tunas apikal) atau mata tunas lateral pada potongan batang berbuku. Namun belakangan ini, eksplan potongan daun yang dulunya hanya digunakan untuk tanaman-tanaman herba, seperti violces, begonia, petunia dan tomat, ternyata dapat digunakan juga untuk tanaman-tanaman berkayu seperti Ficus lyrata, Annona squamosa, dan melinjo. Eksplan yang dapat digunakan untuk memperbanyak tanaman Anthurium sendiri diantaranya adalah tunas pucuk, daun, tangkai daun muda, tangkai bunga, spate, spandik, biji, ruas batang dan anther.


Umur fisiologis dan umur ontogenetik jaringan tanaman yang dijadikan eksplan juga berpengaruh terhadap potensi morfogenetiknya. Umumnya, eksplan yang berasal dari tanaman juvenile mempunyai daya regenerasi tinggi untuk membentuk tunas lebih cepat dibandingakan dengan eksplan yang berasal dari tanaman yang sudah dewasa.


Masalah yang sering dihadapi pada kultur tahap ini adalah terjadinya pencokelatan atau penghitaman bagian eksplan (browning). Hal ini disebabkan oleh senyawa fenol yang timbul akibat stress mekanik yang timbul akibat pelukaan pada waktu proses isolasi eksplan dari tanaman induk. Senyawa fenol tersebut bersifat toksik, menghambat pertumbuhan atau bahkan dapat mematikan jaringan eksplan.


c. Multiplikasi atau Perbanyakan Propagul
Tahap ini bertujuan untuk menggandakan propagul atau bahan tanaman yang diperbanyak seperti tunas atau embrio, serta memeliharanya dalam keadaan tertentu sehingga sewaktu-waktu bisa dilanjutkan untuk tahap berikutnya (Yusnita, 2004). Pada tahap ini, perbanyakan dapat dilakukan dengan cara merangsang terjadinya pertumbuhan tunas cabang dan percabangan aksiler atau merangsang terbentuknya tunas pucuk tanaman secara adventif, baik secara langsung maupun melalui induksi kalus terlebih dahulu. Seperti halnya dalam kultur fase inisiasi, di dalam media harus terkandung mineral, gula, vitamin, dan hormon dengan perbandingan yang dibutuhkan secara tepat (Wetherell, 1976). Hormon yang digunakan untuk merangsang pembentukan tunas tersebut berasal dari golongan sitokinin seperti BAP, 2-iP, kinetin, atau thidiadzuron (TDZ).


Kemampuan memperbanyak diri yang sesungguhnya dari suatu perbanyakan secara in-vitro terletak pada mudah tidaknya suatu materi ditanam ulang selama multiplikasi (Wetherell, 1976). Eksplan yang dalam kondisi bagus dan tidak terkontaminasi dari tahap inisiasi kultur dipindahkan atau disubkulturkan ke media yang mengandung sitokinin. Subkultur dapat dilakukan berulang-ulang kali sampai jumlah tunas yang kita harapkan, namun subkultur yang terlalu banyak dapat menurunkan mutu dari tunas yang dihasilkan, seperti terjadinya penyimpangan genetik (aberasi), menimbulkan suatu gejala ketidak normalan (vitrifikasi) dan frekuensi terjadinya tanaman off-type sangat besar.


d. Pemanjangan Tunas, Induksi, dan Perkembangan Akar
Tujuan dari tahap ini adalah untuk membentuk akar dan pucuk tanaman yang cukup kuat untuk dapat bertahan hidup sampai saat dipindahkan dari lingkungan in-vitro ke lingkungan luar. Dalam tahap ini, kultur tanaman akan memperoleh ketahanannya terhadap pengaruh lingkungan, sehingga siap untuk diaklimatisasikan (Wetherell, 1976). Tunas-tunas yang dihasilkan pada tahap multiplikasi di pindahkan ke media lain untuk pemanjangan tunas. Media untuk pemanjangan tunas mengandung sitokinin sangat rendah atau tanpa sitokinin. Tunas tersebut dapat dipindahkan secara individu atau berkelompok. Pemanjangan tunas secara berkelompok lebih ekonomis daripada secara individu. Setelah tumbuh cukup panjang, tunas tersebut dapat diakarkan. Pemanjangan tunas dan pengakarannya dapat dilakukan sekaligus atau secara bertahap, yaitu setelah dipanjangkan baru diakarkan. Pengakaran tunas in-vitro dapat dilakukan dengan memindahkan tunas ke media pengakaran yang umumnya memerlukan auksin seperti NAA atau IBA. Keberhasilan tahap ini tergantung pada tingginya mutu tunas yang dihasilkan pada tahap sebelumnya. Disamping itu, beberapa perlakuan yang disebut hardening in vitro telah dilaporkan dapat meningkatkan mutu tunas sehingga planlet atau tunas mikro tersebut dapat diaklimatisasikan dengan persentase yang lebih tinggi. Beberapa perlakuan yang bisa dilakukan sebagai berikut:
  1. Mengondiskan kultur di tempat yang pencahaannya berintensitas lebih tinggi (contohnya 10000 lux) dan suhunya lebih tinggi.
  2. Pemanjangan dan pemanjangan tnas mikro dilakukan dalam media kultur dengan hara mineral dan sukrosa lebih rendah dan konsentrasi agar-agar lebih tinggi (Yusnita, 2004).


e. Aklimatisasi 
Dalam proses perbanyakan tanaman secara kultur jaringan, tahap aklimatisasi planlet merupakan salah satu tahap kritis yang sering menjadi kendala dalam produksi bibit secara masal. Pada tahap ini, planlet atau tunas mikro dipindahkan ke lingkungan di luar botol seperti rumah kaca , rumah plastik, atau screen house (rumah kaca kedap serangga). Proses ini disebut aklimatisasi. Aklimatisasi adalah proses pengkondisian planlet atau tunas mikro (jika pengakaran dilakukan secara ex-vitro) di lingkungan baru yang aseptik di luar botol, dengan media tanah, atau pakis sehingga planlet dapat bertahan dan terus menjadi bibit yang siap ditanam di lapangan. Prosedur pembiakan dengan kultur jaringan baru bisa dikatakan berhasil jika planlet dapat diaklimatisasi ke kondisi eksternal dengan keberhasilan yang tinggi.


Tahap ini merupakan tahap kritis karena kondisi iklim mikro di rumah kaca, rumah plastik, rumah bibit, dan lapangan sangatlah jauh berbeda dengan kondisi iklim mikro di dalam botol. Kondisi di luar botol bekelembaban nisbi jauh lebih rendah, tidak aseptik, dan tingkat intensitas cahayanya jauh lebih tinggi daripada kondisi dalam botol. Planlet atau tunas mikro lebih bersifat heterotrofik karena sudah terbiasa tumbuh dalam kondisi berkelembaban sangat tinggi, aseptik, serta suplai hara mineral dan sumber energi berkecukupan.

Disamping itu tanaman tersebut memperlihatkan beberapa gejala ketidak normalan, seperti bersifat sukulen, lapisan kutikula tipis, dan jaringan vaskulernya tidak berkembang sempurna, morfologi daun abnormal dengan tidak berfungsinya stomata sebagai mana mestinya. Strutur mesofil berubah, dan aktifitas fotosintesis sangat rendah. Dengan karakteristik seperti itu, palanlet atau tunas mikro mudah menjadi layu atau kering jika dipindahkan ke kondisi eksternl secara tiba-tiba. Karena itu, planlet atau tunas mikro tersebut diadaptasikan ke kondisi lngkungan yang baru yang lebih keras. Dengan kata lain planlet atau tunas mikro perlu diaklimatisasikan ( Yusnita, 2004).



READ MORE - Tahapan-tahapan Kultur Jaringan

Faktor-faktor Penentu Keberhasilan Kultur Jaringan

1. Genotipe Tanaman

Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi pertumbuhan dan morfogenesis eksplan dalam kultur invitro adalah genotip tanaman asal eksplan diisolasi. Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa respon masing-masing eksplan tanaman sangat bervariasi tergantung dari spesies, bahkan varietas, atau tanaman asal eksplan tersebut. Pengaruh genotip ini umumnya berhubungan erat dengan faktor-faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan eksplan, seperti kebutuhan nutrisi, zat pengatur tumbuh, dan lingkungan kultur. Oleh karena itu, komposisi media, zat pengatur tumbuh dan lingkungan pertumbuhan yang dibutuhkan oleh masing-masing varietas tanaman bervariasi meskipun teknik kultur jaringan yang digunakan sama.

Perbedaan respon genotip tanaman tersebut dapat diamati pada perbedaan eksplan masing-masing varietas untuk tumbuh dan beregenerasi. Masing-masing varietas tanaman berbeda kemampuannya dalam merangsang pertumbuhan tunas aksilar, baik jumlah tunas maupun kecepatan pertumbuhan tunas aksilarnya. Hal serupa juga terjadi pada pembentukan kalus, laju pertumbuhan kalus serta regenerasi kalus menjadi tanaman lengkap baik melalui pembentukan organ-organ adventif maupun embrio somatik. Regenerasi dan perkembangan organ adventif dan embrio somatik juga sangat ditentukan oleh varietas tanaman induk. Perbedaan pengaruh genetik ini disebabkan karena perbedaan kontrol genetik dari masing-masing varietas serta jenis kelamin tanaman induk.

2. Media kultur

Perbedaan komposisi media, komposisi zat pengatur tumbuh dan jenis media yang digunakan akan sangat mempengaruhi pertumbuhan dan regenerasi eksplan yang dikulturkan.

a. Komposisi Media

Perbedaan komposisi media, seperti jenis dan komposisi garam-garam anorganik, senyawa organik, zat pengatur tumbuh sangat mempengaruhi respon eksplan saat dikulturkan. Perbedaan komposisi media biasanya sangat mempengaruhi arah pertumbuhan dan regenerasi eksplan. Meskipun demikian, media yang telah diformulasikan tidak hanya berlaku untuk satu jenis eksplan dan tanaman saja. Beberapa jenis formulasi media bahkan digunakan secara umum untuk berbagai jenis eksplan dan varietas tanaman, seperti media MS. Namun ada juga beberapa jenis media yang diformulasikan untuk tanaman-tanaman tertentu misalnya WPM, VW dll. Media-media tersebut dapat digunakan untuk berbagai tujuan seperti perkecambahan biji, kultur pucuk, kultur kalus, regenerasi kalus melalui organogenesis dan embriogenesis. Media yang dibutuhkan untuk perkecambahan biji, perangsangan tunas-tunas aksilar umumnya lebih sederhana dibandingkan dengan media untuk regenerasi kalus baik melalui organogenesis maupun embryogenesis.

b. Komposisi hormon pertumbuhan.

Komposisi dan konsentrasi hormon pertumbuhan yang ditambahkan dalam media sangat mempengaruhi arah pertumbuhan dan regenerasi eksplan yang dikulturkan. Komposisi dan konsentrasi hormon pertumbuhan yang ditambahkan ke dalam media kultur sangat tergantung dari jenis eksplan yang dikulturkan dan tujuan pengkulturannya. Konsentrasi hormon pertumbuhan optimal yang ditambahkan ke dalam media tergantung pula dari eksplan yang dikulturkan serta kandungan hormon pertumbuhan endogen yang terdapat pada eksplan tersebut. Komposisi yang sesuai ini dapat diperkirakan melalui percobaan-percobaan yang telah dilakukan sebelumnya disertai percobaan untuk mengetahui komposisi hormon pertumbuhan yang sesuai dengan kebutuhan dan arah pertumbuhan eksplan yang diinginkan.

Hormon pertumbuhan yang digunakan untuk perbanyakan secara invitro adalah golongan auksin, sitokinin, giberelin, dan growth retardant. Auksin yang umum dipakai adalah IAA (Indole Acetic Acid), IBA (Indole Butyric Acid), NAA (Naphtalena Acetic Acid), dan 2,4-D (2,4-dichlorophenoxy Acetic Acid). Selain itu beberapa peneliti pada beberapa tanaman menggunakan juga CPA (Chlorophenoxy Acetic Acid). Sitokinin yang banyak dipakai adalah Kinetin (Furfuryl Amino Purine), BAP/BA (Benzyl Amino Purine/Benzyl Adenine), 2 i-P (2-isopentenyl Adenin). Beberapa sitokinin lainnya yang juga digunakan adalah zeatin, thidiazuron dan PBA (6(benzylamino)-9-(2-tetrahydropyranyl)-9H-purine). Hormon pertumbuhan golongan giberellin yang paling umum digunakan adalah GA3, selain itu ada beberapa peneliti yang menggunakan GA4 dan GA7, sedangkan growth retardant yang sering digunakan adalah Ancymidol, Paraclobutrazol dan TIBA, AbA dan CCC.

c. Keadaan fisik media.

Media yang umum digunakan dalam kultur jaringan adalah medium padat, medium semi padat dan medium cair. Keadaan fisik media akan mempengaruhi pertumbuhan kultur, kecepatan pertumbuhan dan diferensiasinya. Keadaan fisik media ini mempengaruhi pertumbuhan antara lain karena efeknya terhadap osmolaritas larutan dalam media serta ketersediaan oksigen bagi pertumbuhan eksplan yang dikulturkan.

Media yang umum digunakan dalam mikropropagasi adalah media semi-solid (semi padat) dengan cara menambahkan agar. Media semi padat ini digunakan karena beberapa alasan antara lain: eksplan yang kecil mudah terlihat dalam media padat, selama kultur eksplan tetap berada pada orientasi yang sama, eksplan berada di atas permukaan media sehingga tidak diperlukan teknik aerasi tambahan pada kultur, orientasi pertumbuhan tunas dan akar tetap, dan kalus tidak pecah seperti jika ditempatkan pada media cair. Namun penambahan agar dalam beberapa kasus dapat menghambat pertumbuhan karena: agar mungkin mengandung senyawa penghambat yang dapat menghambat morfogenesis beberapa kultur atau memperlambat pertumbuhan kultur, eksudasi fenolik dari eksplan terserap oleh media yang menempel dengan eksplan sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan eksplan, agar harus dicuci bersih dari akar sebelum diaklimatisasi, dan perlu waktu yang lebih banyak untuk mencuci gelas kultur misalnya botol-botol harus diautoclave untuk melarutkan agar sebelum dicuci.

3. Lingkungan tumbuh

a) Suhu

Tanaman umumnya tumbuh pada lingkungan dengan suhu yang tidak sama setiap saat, misalnya pada siang dan malam hari tanaman mengalami kondisi dengan perbedaan suhu yang cukup besar. Keadaan demikian bisa dilakukan dalam kultur invitro dengan mengatur suhu siang dan malam di ruang kultur, namun laboratorium kultur jaringan selama ini mengatur suhu ruang kultur yang konstant baik pada siang maupun malam hari. Umumnya temperatur yang digunakan dalam kultur in vitro lebih tinggi dari kondisi suhu invivo. Tujuannya adalah untuk mempercepat pertumbuhan dan morfogenesis eksplan.

Pada sebagian besar laboratorium, suhu yang digunakan adalah konstan, yaitu 25°C (kisaran suhu 17-32°C). Tanaman tropis umumnya dikulturkan pada suhu yang sedikit lebih tinggi dari tanaman empat musim, yaitu 27°C (kisaran suhu 24-32°C). Bila suhu siang dan malam diatur berbeda, maka perbedaan umumnya adalah 4-8°C, variasi yang biasa dilakukan adalah 25°C siang dan 20°C malam, atau 28°C siang dan 24°C malam. Meskipun hampir semua tanaman dapat tumbuh pada kisaran suhu tersebut, namun kebutuhan suhu untuk masing-masing jenis tanaman umumnya berbeda-beda. Tanaman dapat tumbuh dengan baik pada suhu optimumnya. Pada suhu ruang kultur dibawah optimum, pertumbuhan eksplan lebih lambat, namun pada suhu diatas optimum pertumbuhan tanaman juga terhambat akibat tingginya laju respirasi eksplan.

b) Kelembaban relatif.

Kelembaban relatif dalam botol kultur dengan mulut botol yang ditutup umumnya cukup tinggi, yaitu berkisar antara 80-99%. Jika mulut botol ditutup agak longgar maka kelembaban relatif dalam botol kultur dapat lebih rendah dari 80%. Sedangkan kelembaban relatif di ruang kultur umumnya adalah sekitar 70%. Jika kelembaban relatif ruang kultur berada dibawah 70% maka akan mengakibatkan media dalam botol kultur (yang tidak tertutup rapat) akan cepat menguap dan kering sehingga eksplan dan plantlet yang dikulturkan akan cepat kehabisan media. Namun kelembaban udara dalam botol kultur yang terlalu tinggi menyebabkan tanaman tumbuh abnormal yaitu daun lemah, mudah patah, tanaman kecil-kecil namun terlampau sukulen. Kondisi tanaman demikian disebut vitrifikasi atau hiperhidrocity. Sub-kultur ke media lain atau menempatkan planlet kecil ini dalam botol dengan tutup yang agak longgar, tutup dengan filter, atau menempatkan silica gel dalam botol kultur dapat membantu mengatasi masalah ini.

c) Cahaya.

Seperti halnya pertumbuhan tanaman dalam kondisi invivo, kuantitas dan kualitas cahaya, yaitu intensitas, lama penyinaran dan panjang gelombang cahaya mempengaruhi pertumbuhan eksplan dalam kultur invitro. Pertumbuhan organ atau jaringan tanaman dalam kultur invitro umumnya tidak dihambat oleh cahaya, namun pertumbuhan kalus umumnya dihambat oleh cahaya.

Pada perbanyakan tanaman secara invitro, kultur umumnya diinkubasikan pada ruang penyimpanan dengan penyinaran. Tunas-tunas umumnya dirangsang pertumbuhannya dengan penyinaran, kecuali pada teknik perbanyakan yang diawali dengan pertumbuhan kalus. Sumber cahaya pada ruang kultur ini umumnya adalah lampu flourescent (TL). Hal ini disebabkan karena lampu TL menghasilkan cahaya warna putih, selain itu sinar lampu TL tidak meningkatkan suhu ruang kultur secara drastis (hanya meningkat sedikit). Intensitas cahaya yang digunakan pada ruang kultur umumnya jauh lebih rendah (1/10) dari intensitas cahaya yang dibutuhkan tanaman dalam keadaan normal. Intensitas cahaya dalam ruang kultur untuk pertumbuhan tunas umumnya berkisar antara 600-1000 lux. Perkecambahan dan inisiasi akar umumnya dilakukan pada intensitas cahaya lebih rendah.

Selain intensitas cahaya, lama penyinaran atau photoperiodisitas juga mempengaruhi pertumbuhan eksplan yang dikulturkan. Lama penyinaran umumnya diatur sesuai dengan kebutuhan tanaman sesuai dengan kondisi alamiahnya. Periode terang dan gelap umumnya diatur pada kisaran 8-16 jam terang dan 16-8 jam gelap tergantung varietas tanaman dan eksplan yang dikulturkan. Periode siang/malam (terang/gelap) ini diatur secara otomatis menggunakan timer yang ditempatkan pada saklar lampu pada ruang kultur. Dengan teknik ini penyinaran dapat diatur konstan sesuai kebutuhan tanaman.

4. Kondisi Eksplan

Pertumbuhan dan morfogenesis dalam mikropropagasi sangat dipengaruhi oleh keadaan jaringan tanaman yang digunakan sebagai eksplan. Selain faktor genetis eksplan yang telah disebutkan di atas, kondisi eksplan yang mempengaruhi keberhasilan teknik mikropropagasi adalah jenis eksplan, ukuran, umur dan fase fisiologis jaringan yang digunakan sebagai eksplan.

Meskipun masing-masing sel tanaman memiliki kemampuan totipotensi, namun masing-masing jaringan memiliki kemampuan yang berbeda-beda untuk tumbuh dan beregenerasi dalam kultur jaringan. Oleh karena itu, jenis eksplan yang digunakan untuk masing-masing kultur berbeda-beda tergantung tujuan pengkulturannya.

Umur eksplan sangat berpengaruh terhadap kemampuan eksplan tersebut untuk tumbuh dan beregenerasi. Umumnya eksplan yang berasal dari jaringan tanaman yang masih muda (juvenil) lebih mudah tumbuh dan beregenerasi dibandingkan dengan jaringan yang telah terdiferensiasi lanjut. Jaringan muda umumnya memiliki sel-sel yang aktif membelah dengan dinding sel yang belum kompleks sehingga lebih mudah dimodifikasi dalam kultur dibandingkan jaringan tua. Oleh karena itu, inisiasi kultur biasanya dilakukan dengan menggunakan pucuk-pucuk muda, kuncup-kuncup muda, hipokotil, inflorescence yang belum dewasa, dll. Jika eksplan diambil dari tanaman dewasa, rejuvenilisasi tanaman induk melalui pemangkasan atau pemupukan dapat membantu untuk memperoleh eksplan muda agar kultur lebih berhasil.

Ukuran eksplan juga mempengaruhi keberhasilan kultur. Eksplan dengan ukuran kecil lebih mudah disterilisasi dan tidak membutuhkan ruang serta media yang banyak, namun kemampuannya untuk beregenerasi juga lebih kecil sehingga dibutuhkan media yang lebih kompleks untuk pertumbuhan dan regenerasinya. Sebaliknya semakin besar eksplan, maka semakin besar kemungkinannya untuk membawa penyakit dan makin sulit untuk disterilkan, membutuhkan ruang dan media kultur yang lebih banyak. Ukuran eskplan yang sesuai sangat tergantung dari jenis tanaman yang dikulturkan, teknik dan tujuan pengkulturannya.
READ MORE - Faktor-faktor Penentu Keberhasilan Kultur Jaringan

Dasar-dasar Kultur Jaringan Tanaman


Dalam 20 tahun terakhir ini, Ratusan juta tanaman diperbanyak melalui teknik mikropropagasi atau untuk lebih spesifik lagi melalui teknik in vitro setiap tahun di seluruh dunia. Karena teknik ini dipandang sebagai teknik yang dapat dibisniskan dan dibandingkan dengan perbanyakan tanaman secara konvensional. Perbanyakan tanaman melalui mikropropagasi memiliki banyak kelebihan. Untuk memperbanyak tanaman tertentu yang sulit atau sangat lambat diperbanyak secara konvensional, perbanyakan tanaman secara mikropropagasi menawarkan peluang besar untuk menghasilkan jumlah bibit tanaman yang banyak dalam waktu relatif singkat sehingga lebih ekonomis.
Dalam bidang pertanian sendiri, penggunaan teknik ini sangat berpengaruh besar dan mengalami banyak kemajuan meliputi hal-hal sbb :

1. Produksi tanaman bebas patogen
2. Produksi bahan-bahan farmasi
3. Pelestarian plasma nutfah
4. Pemuliaan tanaman dan rekayasa genetika
5. Perbanyakan klonal tanaman dengan cepat.

Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, manfaat utama dari teknik ini adalah untuk perbanyakan vegetatif tanaman yang permintaanya tinggi tetapi pasokannya rendah, karena laju perkembangannya dianggap lambat. Produsen benih dapat memanfaatkan teknik ini untuk memperbanyak tanaman tertua dari galur murni tertntu dalam jumlah besar, yang nantinya digunakan untuk memproduksi benih hibrida. Namun perlu diingat bahwa tanaman yang diperbanyak melalui teknik ini harus true-to- type, artinya sifat-sifat tanaman baru harus sama dengan tanaman induk atau tanaman sumber eksplan.

Perbanyakan tanaman dengan mikrorpopagasi dilaksanakan dalam suatu laboratorium yang aseptik. Laboratorium ini berfungsi untuk mengkondisikan kultur dalam suhu dan pencahayaan terkontrol yang dilengkapi dengan alat dan bahan untuk pembuatan media, penanaman, serta pemindahan kultur, yang harus dilakukan dalam keadaan steril. Disamping sebuah laboratorium, juga memerlukan rumah kaca untuk aklimatisasi planlet dari botol-botol ke lingkungan eksternal.

Hal utama yang harus diperhatikan dalam teknik ini adalah komposisi media bagi pertumbuhan eksplan. Media tumbuh ini memang sangat berpengaruh besar dalam terhadap pertumbuhan dan perkambangan eksplan serta bibit yang yang dihasilkannya. Oleh karena itu, macam-macam media telah banyak ditemukan sehingga jumlahnya cukup banyak. Selain media tumbuh, masih banyak lagi faktor-faktor yang berpengaruh dalam proses mikropropagasi . Secara lengkap faktor-faktor tersebut akan dibahas dalam bab berikutnya

Tahapan yang dilakukan dalam perbanyakan tanaman dengan teknik kultur jaringan adalah :

1. Pembuatan Media

Media merupakan faktor utama dalam perbanyakan dengan kultur jaringan. Komposisi media yang digunakan tergantung dengan jenis tanaman yang akan diperbanyak. Media yang digunakan biasanya terdiri dari garam mineral unsur hara makro dan unsur hara mikro, vitamin, dan Zat pengatur tumbuh (hormon). Selain itu, diperlukan juga bahan tambahan seperti agar, gula, agar, arang aktif, bahan organik .Media yang sudah jadi ditempatkan pada tabung reaksi atau botol-botol kaca. Media yang digunakan juga harus disterilkan dengan cara memanaskannya dengan autoklaf.

2. Inisiasi

InisiasiInisiasi adalah pengambilan eksplan atau bahan tanam dari bagian tanaman indukan untuk kemudian dikulturkan. Bagian tanaman yang sering digunakan untuk kegiatan kultur jaringan adalah tunas, ujung akar, bunga, serbuk sari, batang.

3. Sterilisasi

Sterilisasi artinya terbebas dari sumer-sumber kntaminan penyebab kontaminasi. Dan bahwa segala kegiatan dalam kultur jaringan harus dilakukan di empat yang steril, yaitu di laminar flow dan menggunakan alat-alat yang juga steril. Sterilisasi juga dilakukan terhadap peralatan, yaitu menggunakan alkohol yang disemprotkan secara merata pada peralatan yang digunakan. Sterilisasi bukan hanya pada peralatan atau eksplan saja melainkan pada pekerja yang melakukan kultur.

4. Multiplikasi

Multiplikasi adalah kegiatan memperbanyak calon tanaman dengan menanam eksplan atau propagul pada media. Media pada multiplikasi biasanya disesuaikan dengan kebutuhan yang akan dicapai. Contohnya untuk menumbuhkan tunas-tunas pada media tersebut dapat ditambahkan zpt golongan sitokinin. Kegiatan ini dilakukan di laminar flow untuk menghindari adanya kontaminasi yang menyebabkan gagalnya pertumbuhan eksplan. Tabung reaksi yang telah ditanami ekplan diletakkan pada rak-rak dan ditempatkan di tempat yang steril dengan suhu kamar.

5. Pengakaran

Pengakaran adalah fase dimana eksplan akan menunjukkan adanya pertumbuhan akar yang menandai bahwa proses kultur jaringan yang dilakukan mulai berjalan dengan baik. Untuk perakaran digunakan media MS + NAA. Proses perakaran pada umumnya berlangsung selama 1 bulan. Planlet (tunas yang telah berakar) diaklimatisasikan sampai bibit cukup kuat untuk ditanam dilapangan.
Pengamatan dilakukan setiap hari untuk melihat pertumbuhan dan perkembangan akar serta untuk melihat adanya kontaminasi oleh bakteri ataupun jamur. Eksplan yang terkontaminasi akan menunjukkan gejala seperti berwarna putih atau biru (disebabkan jamur) atau busuk (disebabkan bakteri).

6. Aklimatisasi

Aklimatisasi adalah kegiatan mengadaptasikan tanaman atau mengkondisikan tanaman dari yang semula kondisinya terkendali ke kondisi yag tak terkendali, untuk menjadi tanaman yang autotrof. Aklimatiasi dilakukan dengan memindahkan eksplan keluar dari ruangan aseptic ke bedeng. Pemindahan dilakukan secara hati-hati dan bertahap, yaitu dengan memberikan sungkup. Sungkup digunakan untuk melindungi bibit dari udara luar dan serangan hama penyakit karena bibit hasil kultur jaringan sangat rentan terhadap serangan hama penyakit dan udara luar. Setelah bibit mampu beradaptasi dengan lingkungan barunya maka secara bertahap sungkup dilepaskan dan pemeliharaan bibit dilakukan dengan cara yang sama dengan pemeliharaan bibit generatif. Aklimatisasi. Dapat dilakukan di rumah kaca, rumah kasa atau pesemaian, yang kondisinya (terutama kelembaban) dapat dikendalikan.

Teknik kultur jaringan menuntut syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi dalam pelaksanaannya. Syarat pokok pelaksanaan kultur jaringan adalah laboratorium dengan segala fasilitasnya. Laboratorium harus menyediakan alat-alat kerja, sarana pendukung terciptanya kondisi yang aseptik terkendali, dan fasilitas fasilitas dasar seperti air, listrik, dan bahan bakar. Laboratorium ini berfungsi untuk mengkondisikan kultur dalam suhu dan pencahayaan terkontrol. Disamping sebuah laboratorium, kultur jaringan tanama untuk memperbanyak tanaman juga memerlukan green house untuk akimatisasi planlet dari botol-botol ke lingkungan eksternal. Selain fasilitas fisik, pelaksanaan kultur jaringan juga memerlukan perangkat lunak yang memenuhi syarat. Dalam melaksanaan kultur jaringan,pelaksanaan harus memnpunyai latar belakang ilmu-ilmu dasar tertentu seperti botani, fisiologi tumbuhan, kimia, fisika, dan dalam pelaksanaannya memerlukan keuletan yang besar.
READ MORE - Dasar-dasar Kultur Jaringan Tanaman

Minggu, 06 November 2011

Hama dan Penyakit pada tumbuhan

Tumbuhan tidak selamanya bisa hidup tanpa gangguan. Kadang tumbuhan mengalami gangguan oleh binatang atau organisme kecil (virus, bakteri, atau jamur). Hewan dapat disebut hama karena mereka mengganggu tumbuhan dengan memakannya. Belalang, kumbang, ulat, wereng, tikus, walang sangit merupakan beberapa contoh binatang yang sering menjadi hama tanaman.

Gangguan terhadap tumbuhan yang disebabkan oleh virus, bakteri, dan jamur disebut penyakit. Tidak seperti hama, penyakit tidak memakan tumbuhan, tetapi mereka merusak tumbuhan dengan mengganggu proses – proses dalam tubuh tumbuhan sehingga mematikan tumbuhan. Oleh karena itu, tumbuhan yang terserang penyakit, umumnya, bagian tubuhnya utuh. Akan tetapi, aktivitas hidupnya terganggu dan dapat menyebabkan kematian. Untuk membasmi hama dan penyakit, sering kali manusia menggunakan oat – obatan anti hama. Pestisida yang digunakan untuk membasmi serangga disebut insektisida. Adapun pestisida yang digunakan untuk membasmi jamur disebut fungsida.

Pembasmi hama dan penyakit menggunakan pestisida dan obat harus secara hati – hati dan tepat guna. Pengunaan pertisida yang berlebihan dan tidak tepat justru dapat menimbulkan bahaya yang lebih besat. Hal itu disebabkan karena pestisida dapat menimbulkan kekebalan pada hama dan penyakit. Oleh karena itu pengguna obat – obatan anti hama dan penyakit hendaknya diusahakan seminimal dan sebijak mungkin.

Secara alamiah, sesungguhnya hama mempunyai musuh yang dapat mengendalikannya. Namun, karena ulah manusia, sering kali musuh alamiah hama hilang. Akibat hama tersebut merajalela. Salah satu contoh kasus yang sering terjadi adalah hama tikus. Sesungguhnya, secara ilmiah, tikus mempunyai musuh yang memamngsanya. Musuh alami tikus ini dapat mengendalikan jumlah populasi tikus. Musuhnya tikus itu ialah Ular, Burung hantu, dan elang. Sayangnya binatang – binatang tersebut ditangkapi oleh manusia sehingga tikus tidak lagi memiliki pemangsa alami. Akibatnya, jumlah tikus menjadi sangat banyak dan menjadi hama pertanian.

A. Hama

Hama tumbuhan adalah organisme yang menyerang tumbuhan sehingga pertumbuhan dan perkemabanganya terganggu. Hama yang menyerang tumbuhan antara lain tikus, walang sangit, wereng, tungau, dan ulat.


1. Tikus

Tikus merupakan hama yang sering kali membuat pusing para petani. Hal ini diesbabkan tikus sulit dikendalikan karena memiliki daya adaptasi, mobilitas, dan kemampuan untuk berkembang biak yang sangat tinggi. Masa reproduksi yang relative singkat menyebabkan tikus cepat bertambah banyak. Potensi perkembangbiakan tikus sangat tergantung dari makanan yang tersedia. Tikus sangat aktif di malam hari.

Tikus menyerang berbagai tumbuhan. Bagian tumbuhan yang disarang tidak hanya biji – bijian tetapi juga batang tumbuhan muda. Yang membuat para tikus kuat memakan biji – bijian sehingga merugikan para petani adalah gigi serinya yang kuat dan tajam, sehingga tikus mudah untuk memakan biji – bijian. Tikus membuat lubang – lubang pada pematang sawah dan sering berlindung di semak – semak. Apabila keadaan sawah itu rusak maka berarti sawah tersebut diserang tikus.

Untuk mengatasi serangan hama tikus, dapat dilakukan cara – cara sebagai berikut :
  • Membongkar dan menutup lubang tempat bersembunyi para tikus dan menangkap tikusnya.
  • Menggunakan musuh alami tikus, yaitu ular.
  • Menanam tanaman secara bersamaan agar dapat menuai dalam waktu yang bersamaan pula sehingga tidak ada kesempatan bigi tikus untuk mendapatkan makanan setelah tanaman dipanen.
  • Menggunakan rodentisida (pembasmi tikus) atau dengan memasang umpan beracun, yaitu irisan ubi jalar atau singkong yang telah direndam sebelumnya dengan fosforus. Peracunan ini sebaiknya dilakukna sebelum tanaman padi berbunga dan berbiji. Selain itu penggunaan racun harus hati – hati karena juga berbahaya bagi hewan ternak dan manusia.


2. Wereng

Wereng adalah sejenis kepik yang menyebabkan daun dan batang tumbuhan berlubang – lubang, kemudian kering, dan pada akhirnya mati. Hama wereng ini dapat dikendalikan dengan cara – cara sebagai betikut :
  1. Pengaturan pola tanam, yaitu dengan melakukan penanaman secara serentak maupun dengan pergiliran  tanaman. Pergiliran tanaman dilakukan untuk memutus siklus hidup wereng dengan cara menanam tanaman palawija atau tanah dibiarkan selama 1 – 2 bulan.
  2. Pengandalian hayati, yaitu dengan menggunakan musuh alami wereng, misalnya laba – laba predator Lycosa Pseudoannulata, kepik Microvelia douglasi dan Cyrtorhinuss lividipenis, kumbang Paederuss fuscipes, Ophinea nigrofasciata, dan Synarmonia octomaculata.
  3. Pengandalian kimia, yaitu dengan menggunakan insektisida, dilakukan apabila cara lain tidak mungkin untuk dilakukan. Penggunaan insektisida diusahakan sedemikan rupa sehingga efektif, efisien, dan aman bagi lingkungan.


3. Walang Sangit

Walang sangit (Leptocorisa acuta) merupakansalah satu hama yang juga meresahkan petani. Hewan ini jika diganggu, akan meloncat dan terbang sambil mengeluarkan bau. Serangga ini berwarnahijau kemerah- merahan.

Walang sangit menghisab butir – butir padi yang masih cair. Biji yang sudah diisap akan menjadi hampa, agak hampa, atau liat. Kulit biji iu akan berwarna kehitam – hitaman. Faktor – faktor yang mendukung yang mendukung populasi walang sangit antara lain sebagai berikut :

a. Sawah sangat dekat dengat perhutanan.
b. Populasi gulma di sekitar sawah cukup tinggi.
c. Penanaman tidak serentak

Pengendalian terhadap hama walang sangit dapat dilakukan sebagai berikut :
  • Menanam tanaman secara serentak.
  • Membersihkan sawah dari segala macam rumput yang tumbuh di sekitar sawah agar tidak menjadi tempat berkembang biak bagi walang sangit.
  • Menangkap walang sangit pada pagi hari dengan menggunakan jala penangkap.
  • Penangkapan menggunakan unmpan bangkai kodok, ketam sawah, atau dengan alga.
  • Melakukan pengendalian hayati dengan cara melepaskan predator alami beruba laba – laba dan menanam jamur yang dapat menginfeksi walang sangit.
  • Melakukan pengendalian kimia, yaitu dengan menggunakan insektisida.


Walang sangit muda (nimfa) lebih aktif dibandingkan dewasanya (imago), tetapi hewan dewasa dapat merusak lebih hebat karenya hidupnya lebih lama. Walang sangit dewasa juga dapat memakan biji – biji yang sudah mengeras, yaitu dengan mengeluarkan enzim yang dapat mencerna karbohidrat.


4. Ulat

Kupu – kupu merupakan serangga yang memiliki sayap yang indah dan benareka ragam. Kupu – kupu meletakkan telurnya dibawah daun dan jika menetas menjadi larva. Kita bisa sebut larva kupu – kupu sebagai ulat. Pada fase ini, ulat aktif memakan dedaunan bahkan pangkal batang, terutama pada malam hari. Daun yang dimakan oleh ulat hanya tersisa rangka atau tulang daunya saja.

Upaya pemberantasan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
  • Membuang telur – telur kupu – kupu yang melekat pada bagian bawah daun.
  • Menggenangi tempat persemaian dengan air dalam jumlah banyak sehingga ulat akan bergerak ke atas sehingga mudah untuk dikumpulkan dan dibasmi.
  • Apabila kedua cara diatas tidak berhasil, maka dapat dilakukan penyemprotan dengan menggunakan pertisida.


5. Tungau

Tungau (kutu kecil) bisaanya terdapat di sebuah bawah daun untuk mengisap daun tersebut. Hama ini banyak terdapat pada musim kemarau. Pada daun yang terserang kutu akan timbul bercak – bercak kecil kemudian daun akan menjadi kuning lalu gugur. Hama ini dapat diatasi dengan cara mengumpulkan daun – daun yang terserang hama pada suatu tempat dan dibakar.

B. Penyakit Tumbuhan

Jenis – jenis penyakit yang menyerang tumbuhan sangat banyak jumlahnya. Penyakit yang menyerang tumbuhan banyak disebabkan oleh mikroorganisme, misalnya jamur, bakteri, dan alga. Penyakit tumbuhan juga dapat disebabkan oleh virus.

1. Jamur

Jamur adalah salah satu organisme penyebab penyakit yang menyerang hampir semua bagian tumbuhan, mulai dari akar, batang, ranting, daun, bunga, hingga buahnya. Penyebaran jenis penyakit ini dapat disebabkan oleh angin, air, serangga, atau sentuhan tangan.

Penyakit ini menyebabkan bagian tumbuhan yang terserang, misalnya buah, akan menjadi busuk. Jika menyerang bagian ranting dan permukaan daun, akan menyebabkan bercak – bercak kecokelatan. Dari bercak – bercak tersebut akan keluar jamur berwarna putih atau oranye yang dapat meluas ke seluruh permukaan ranting atau daun sehingga pada akhirnya kering dan rontok.

Jika jamur ini mengganggu proses fotosintesis karena menutupi permukaan daun. Batang yang terserang umumnya akan membusuk, mula – mula dari arah kulit kemudian menjalar ke dalam, dan kemudian membusukkan jaringan kayu. Jaringan yang terserang akan mengeluarkan getah atau cairan. Jika kondisi ini dibiarkan, jaringan kayu akan membusuk, kemudian seluruh dahan yang ada di atasnya akan layu dan mati.

Contoh penyakit yang disebabkan oleh jamur adalah sebagai berikut :

a) Penyakit pada padi.

Penyakit pada ruas batang dan butir padi disebabkan oleh jamur Pyricularia oryzea. Ruas – ruas batang menjadi mudah patah dan tanaman padi akhirnya mati. Selain itu, terdapat pula penyakit yang menyebabkan daun pedi menguning. Penyakit ini disebabkan oleh jamur Magnaporthegrisea.

b) Penyakit embun tepung.

Penyakit ini disebabkan oleh jamur Peronospora parasitica. Jamur ini kadang – kadang menyerang biji yang sedang berkecambah sehingga biji menjadi keropos dan akhirnya mati. Jamur ini kadang – kadang menyerang daun pertama pada kecambah sehingga tumbuhan menjadi kerdil. Tumbuhan kerdil dapat tumbuh terus tapi pada daun – daunnya terdapat kercak – bercak hitam.
Untuk memberantas jamur ini dilakukan pengendalian secara kimia, yaitu dengan pemberian fungsida pada tanaman yang terserang jamur.

2. Bakteri

Bakteri dapat membusukkan daun, batang, dan akar tumbuhan. Bagian tumbuh tumbuhan yang diserang bakteri akan mengeluarkan lendir keruh, baunya sangat menusuk, dan lengket jika disentuh. Setelah membusuk, lama – kelamaan tumbuhan akan mati. Tumbuhan yang diserang bakteri dapat diatasi dengan menggunakan bakterisida.

Contoh penyakit yang disebabkan oleh bakteri adalah penyakit yang menyerang pembuluh tapis batang jeruk (citrus vein phloem degeneration atau CVPD). CVPD disebabken oleh bakteri Serratia marcescens. Gejalanya adalah kuncup daun menjadi kecil dan berwarna kuning, buah menjadi kuning, sehingga lama – kelamaan akan mati. Penyakit CVPD yang belum parang dapat disembuhkan dengan terramycin, yang merupakan sejenis antibiotik.

3. Virus

Selain bakteri dan jamur, dalam kondisi yang sehat, tumbuhan dapat terserang oleh virus. Penyakit yang disebabkan oleh virus cukup berbahaya karena dapat menular dan menyebar ke seluruh tumbuhan dengan cepat. Tumbuhan yang sudah terlanjur diserang sulit untuk disembuhkan. Contoh penyakit yang disebabkan oleh virus antara lain penyakit daun tembakau yang berbercak – bercak putis. Penyakit ini disebabkan oleh virus TMV (tabacco mosaic virus) yang menyerang permukaan atas daun tembakau. Virus juga dapat menyerang jeruk. Penularan melalui perantara serangga.

4. Alga (Ganggang)

Keberadaan alga juga perlu diaspadai karena dapat menyebabkan bercak karat merah pada daun tumbuhan. Tumbuhan yang biasanya diserang antara lain jeruk, jambu biji, dan rambutan. Bagian tumbuhan yang diserang oleh alga biasanya bagian daun, ditandai adanya bercak berwarna kelabu kehijauan pada daun, kemudian pada permukaannya tumbuh rambut berwarnya cokelat kemerahan. Meskipun ukurannya kecil, bercak yang timbul sangat banyak sehingga cukup merugikan

Langkah – langkah yang harus dilakukan agar tumbuhan tidak tersenang penyakit antara lain sebagai berikut :
  1. Usahakan tumbuhan selalu dalam kondisi prima atau sehat dengan cara tercukupi segala kebutuhan zat haranya.
  2. Jangan membiarkan tumbuhan terlalu rimbun, pangkaslah sehingga selaruh bagian tumbuhan mendapatkan sinar matahari yang cukup.
  3. Jangan biarkan tumbuhan terserang kutu, tungau, atau hewan yang lain yang serung membawa bakteri atau jamur.
  4. Usahakan lingkungan selalu bersih.
  5. Perhatikan tumbuhan sesering mungkun sehingga penyakit dapat terdeteksi sedini mungkin.
  6. Jika terdapat gejala – gejala yang tampak, pangkaslah bagian tumbuhan (daun, buah, ranting) yang terserang, kemudian dibakar agar tidak menular ke bagian atau tumbuhan yang lainnya.
  7. Penggunaan pertisida sebagai alternative terakhir untuk pengobatan hama dan penyakit pada tumbuhan.

“Penggunaan Pestisida untuk Memberantas Hama dan Penyakit”

Penggunaan pestisida sintetis membutuhkan kecermatan, baik mengenai pilihan pestisida yang aman maupun petunjuk pemakaiannya. Hasil pemantauan rutin dapat digunakan untuk mengetahui Janis hama dan penyakit yang menyerang, dan menentukan jenis pestisida yang sesuai sasaran. Pemantauan juga bermanfaat agar penyemprotan tidak terlambat dengan menggunakan dosis dan waktu yang tepat sehingga pengendalian hama dan penyakit dapat berhasil.

Pengendalian hama dan penyakit dengan pestisida harus memperhatikan jenis hama dan penyakit yang ada, populasi, serta tahap pengembangan hama tersebut. Penggunaan pestisida dapat dilakukan berdasarkan pertimbangan hal -– hal berikut.

  1. Pestisida biologi disesuaikan dengan jenis hama yang menyerang.
  2. Pestisida harus selektif, yaitu untuk hama atau penyakit yang menyerang jenis tanaman tertentu.
  3. Formulasi pertisida harus sesuai. Misalnya untuk hama yang masuk ke dalam bunga kurang cocok jika digunakan penyemprotan, namun lebig efektif jika berbentuk kabut sehingga lebih mudak untuk masuk ke dalam bunga.
  4. Pestisida sistemik (masuk ke jaringan tumbuhan) atau kontak bersentuhan dengan hama, disesuaikan dengan tahap perkembangan hama. Pada fase dewasa, kutu putih mungkin sulit dikendalikan dengan perstisida kontak karena tubuhnya memiliki lapisan luar yang dapat melindunginya dari semprotan langsung. Pestisida sistemik akan lebih efektif karena larva yang baru menetas dan makan daun akan meti karena bahan aktif yanga ada dalam tumbuhan akan meracuni hama tersebut.


C. Gulma

Selain hama dan penyakit yang menyerang tumbuhan dan merugikan petani, gulma juga perlu mendapat perhatian khusus. Pada petani kadang kurang memperhatikan gulma sehingga dalam kurun waktu tertentu populasi gulma sudah melebihi batas. Gulma – gulma ini akan berkompetisi dengan tanaman utama dalam mendapatkan unsur hara yang diperlukan pertumbuhannya. Gulma dapat menjadi tempat persembunyian hama. Pembersihan gulma sangat penting untuk menekan perkembangan hama yang dapat menyerang tumbuhan.

Berdasarkan karaktristik yang dimiliki, gulma dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu teki, rumput, dan gulma daun lebar.

1. Teki

Kelompok teki – tekian memiliki daya tahan luar biasa terhadap pengendalian mekanis, karena memiliki umbu batang di dalam tanah yang mampu bertahan berbulan – bulan. Contohnya adalah teki ladang (Cyperus rotundus).

2. Rumput

Gulma dalam kelompok ini berdaun sempit seperti teki tetapi menghasilkan stolon. Stolon ini di dalam tanah berbentuk jaringan rumit yang sulit diatasi secara mekanik. Contohnya adalah alang – alang (Imperata cylindrica).

3. Gulma daun lebar

Berbagai macam gulma dari ordo Dicotyledoneae termasuk dalam kelompok ini. Gulma ini biasanya tumbuh pada akhir masa budi daya. Kompetisi terhadap tanaman utama berupa kompetisi cahaya. Contoh dari gulma berdaun lebar ini adalah daun sendok.

“Pengendalian Gulma”

Pengendalian gulma memerlukan strategi yang khas untuk setiap kasus. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan sebelum melakukan pengendalian gulma antara lain sebagai berikut :

a) Jenis gulma dominan
b) Tanaman budi daya utama
c) Alternatif pengendalian yang tersedia
d) Dampak ekonomi dan ekologi

Saat ini cukup banyak hebisida (pembasmi gulma) yang tersedia di toko pertanian. Meskipun demikian, kita perlu hati – hati dalam memilih dan menggunakan herbisida. Memperhatikan cara pemakaian herbisida dengan benar sangatlah dianjurkan.

Tujuan pembersihan gulma antara lain untuk mengurangi tumbuhan pengganggu yang akan menjadi pesaing tanaman utama. Selain itu juga karena gulma merupakan inang alternetif dan tempat persembunyian hama penyakit.

Setelah mempelajari tentang gulma yang selalu merugikan manusia, ada juga gulma yang tidak merugikan bagi siapapun, yaitu tanaman Rosela (Hibiscus sabdariffa l.), entah kenapa tanaman ini termasuk gulma, kami mendapatkan ini dari satu media Internet yang membahas tentang hama dan penyakit tumbuhan. Padahal pengertian dari gulma itu sendiri yaitu tanaman pengganggu yang menekan pertumbuhan hama dan penyakit, dilihat dari sisi manfaat tanaman rosela banyak sekali, antara lain mengatasi batuk, lesu, demam, gusi berdarah, penahan kekejangan, anti cacing, anti bakteri, anti septik, menurunkan kolesterol dalam darah, asam urat. Melihat dari manfaat – manfaat tanaman ini, tanaman ini tidak menunjukkan tanaman yang mendatangkan penyakit bagi manusia, malah kebalikannya, tanaman ini dapat menyembuhkan beberapa penyakit manusia, jadi mengapa banyak orang yang menyebut tanaman ini menjadi tanaman gulma? Karena tanaman rosela ini mudah sekali terserang penyakit dan menularkannya ke tumbuhan lain, dan banyak sekali hewan – hewan hama hinggap di daun / batangnya.
READ MORE - Hama dan Penyakit pada tumbuhan

Sabtu, 05 November 2011

Daftar Nama Latin Botani


A re' = Vigna dalzelliana

Acerola' = Malpighia glabra

Adas anis = Clausena anisum-olens merr

Adas = Foeniculum vulgare mill

Adem ati = Litsea chinensis lamk

Adzuki bean' = Vigna angularis

Air mancur = Jacobinia carnea (lindl.)Nichols

Akalifa = Acalypha wilkesiana muell.arc

Akasia = Acacia sieberiana dc

Alamanda = Allamanda cathartica L.

Alang-alang = Imperata cylindrica beauv

Alfalfa, lucerne = Medicago sativa

Ambre = Geranium radula cavan

Amis-amisan = Houttuynia cordata thunb

Andong = Cordyline fruticosa (l.)A.chev.

Anggrek bongko = Pholidota chinensis lindl

Anggrek kupu = Arundina chinensis bl

Anggrek tanah = Spathoglottis plicata bl

Anggrek tanah = Phaius tankerviluae (ait.bl

Anggrung = Trema orientalis bl

Anggur laut = Coccoloba uvifera L.

Anggur = Vitis vinifera L.

Angsana = Pterocarpus indica willd

Anuma = Artemisia annua L.

Anyang-anyang = Elaeocarpus grandiflora j.e.smith

Anyelir = Dianthus superbus L.

Apa-apa = Flemingia macrophylla

Apel = Malus domestica

Apel ijo = Chrysophyllum cainito L.

Apel jepang = Pyrus pyrifolia

Apel = Pyrus malus L.

Apokad = Persea americana

Apokad = Persea gratissima gaertn

Arbei = Fragaria vesca L.

Arben hutan = Rubus reflexus ker

Arben = Fragaria x ananassa

Arbenan = Duchesnea indica (andr.focke

Aren, enau = Arenga pinnata (Wurmb.Merr.

Asalea = Rhododendron simsii planch

Asam gelugur, mundu, asam kandis = Garcinia

Asam jawa = Tamarindus indica L.

Asam kranji = Diallum indum L.

Asam-asaman = Desmanthus virgatus

Asem landa = Pithecollobium dulce (roxb.benth

Aseman = Polygonum chinense L.

Asparagus = Asparagus cochinchinensis (lour.merr

Asparagus = Asparagus officinalis L.

Awar-awar = Ficus septica burm.f

Axillaris = Macrotyloma axillare

Babandotan = Ageratum conyzoides L.

Bacang, asem paying = Mangifera foetida, M. pajang

Bakung = Crinum asiaticum L.

Bakungan = Hymenocallis litthoralis (jacq.salisb

Baligo = Benincasa hispida cogn

Bam ban = Donax cannaeformis (g.forst.k.schum

Bambu apus = Gigantolochloa apus kurz

Bambu kuning = Bambusa vuL.garis schrad

Bangkuwang = Pachyrrhizus erosus urb

Banyonan tembaga = Microstegium ciliatum

Baret = Mimosa invisa mar

Bariuan' = Grewia asiatica

Baru cina = Artemisia vuLgaris L

Bawang daun = Allium fistulosum L.

Bawang merah = Allium cepa L.

Bawang prey = Allium porrum bl

Bawang putih = Allium sativum L.

Bawang sabrang = Eleutherine americana merr

Bawang sebrang = Zephyranthes candida herb

Bayam dempo. = Althernanthera philoxeroides (mart.griseb

Bayam lemah = Amaranthus blitum miq

Bayam merah = Alternanthera amoena voss

Bayam ungu, = Althernanthera strigosa hask

Bayem belanda = Phvtolacca acinosa roxb

Bayem = Amaranthus caudatus rumph

Begonia = Begonia fimbristipulata hance

Begonia = Begonia glabra kuiz.ex pav

Begonia = Begonia laciniata roxb

Beluntas = Pluchea indica less

Benalu. = Henslowia frutescens champ

Benda = Artocarpus elastica reinw

Bengle = Zingiber purpureum roxb

Bereng = Musa brachycarfa backer

Berenuk = Crescentia cujete L.

Beringin = Ficus benjamina L.

Bidara = Ziziphus mauritania

Biduri = Calotropts gigantea .gbr

Binjei, kemang = Mangifera caesia, M. kemanga

Bintaro = Cerbera manghas L.

Bisbul = Diospyros blancoi

Black gram' = Vigna mungo

Blimbing manis = Averrhoa caramboLa L

Blimbing wuluh = Averrhoa biLimbi L

Blustru = Luffa cylindrica roem

Blustru = Luffa cylindrica roem

Brambangan = Aneilema malabaricum (L.merr

Bratawali, brotowali = Tinospora tuberculata beumee

Bribil = Galinsoga parviflora cav

Brobos = Alysicarpus vaginalis

Brodjo lego = Mikania cordate

Brojo lintang = Belamcanda chinensis (L.dc

Buah negeri = Passiflora edulis sims

Buah peach, persik = Prunus persica (L.batsch

Buah Samarinda = Carissa carandas L.

Buffelgrass = Cenchrus ciliaris

Bugenvil = Bougainvillea glabra chois

Bulu = Ficus annulata bl

Buncis = Phaseolus vulgaris L.

Bunga altea = Althaea rosea (L.cav

Bunga Desember = Haemanthus multiflorus (tratt.martyn

Bunga kancing = Gomphrena globosa L.

Bunga karang = Hedvotis uncinella hook.et arn

Bunga lilin = Pachvstachys lutea L.

Bunga Lilj = Ulium brownii f.e.brown

Bunga madia = Thunbergia grandiflora roxb

Bunga madia = Thunbergia grandiflora roxb

Bunga pagoda = Clerodendron squamatum vahl

Bunga pukul delapan = Turnera subulata j.e.smith

Bunga Sepatu mawar = Hibiscus syriacus L.

Bungur = Lagerstroemia loudonii t.& b

Bungur = Lagerstroemia speciosa pers

Buni = Antidesma bunius

Buni = Antidesma bunius (L.spreng )

Burang = Trevesia sundaica miq

Cabe jawa = Piper retrofractum vahl

Cabe merah = Capsicum annum L.

Cabe rawit = Capsicum frutescens L.

Cabean = Piper sarmentosum roxb.ex hunter

Cakar ayam = Hemerocallis fulva L.

Calincing = Oxalis barrelieri L.

Camcao = Cylea barbata miers

Campaka = Michelia champaka L.

Cangkring = Erythrina fusca lour

Canistel' = Pouteria campechiana

Cantik manis = Portulacca grandiflora hook

Caribbean stylo = Stylosanthes hamata

Ceguk = Quisqualis indica L.

Cemara kipas = Thuja orientalis L.

Cemara = Casuarina equisetifolia L.

Cempaka mulya = Michelia figo (lour.spreng

Cempedak = Artocarpus integer

Cempoko gondok = Talauma candollii bl

Cendana = Santalum album L.

Cengkeh = Eugenia aromatica o.k

centurion = Centrosema pascuorum

Ceplikan = Ruellia tuberosa L.

Ceplukan blungsun = Passiflora foetida L.

Ceplukan = Physalis peruviana L.

Cerakin = Croton tiglium L.

ceremai Belanda = Eugenia uniflora

Ceremai = Phyllanthus acidus (L.) skeells

Ceri Brazil = Eugenia dombeyi

Ciko mama = Pouteria sapota

Ciplukan blungsu = Passiflora foetida L.

Ciplukan = Physalis angulata L.

Codo = Elaeagnus loureirii champ

Coklat = Theobroma cacao L.

Cola = Cola nitida a.chev

Congcong belut = Bridelia ovata decne

Cupa, rambai, menteng, mafai setambun = Baccaurea

Dadap ayam = Erythrina variegata L.

Dadap bong = Erythrina microcarpa k.& v

Dadap serep = Erythrina lithosperma miq

Damar kaca = Shorea javanica Koord. & Valeton

Damar = Agathis dammara (LambertRich.

Damar = Agathis dammara warb

Daun bludu = Hedyotis capitellata wall.ex.g.don

Daun dewa = Gynura procumbens back

Daun dolar = Ficus pumila L.

Daun duduk = Desmodium triquetrum

Daun encok = Plumbago zeylanica L.

Daun ivi, = Hedera helix L.

Daun jinten = Coleus amboinicus lour

Daun kupu-kupu = Bauhinia tomentosa L.

Daun lebar = Chamaecrista rotundifalia

Daun lumut = Marantha leuconeura L.

Daun mules = Desmodium triflorum

Daun perak = Episcia reptans mart

Daun persik. = Daedalacanthus roseus t.anders

Daun putri = Mussaenda pubescens ait.f

Daun ungu = Graptophyllum pictum griff

Daun urat = Plantago major L.

Daunseribu = Achillea millefolium L.

Daunseribu = Achillea santolina L.

Delima = Punica granatum L.

Dempul lelet = Glochidion rubrum bl

desmodium daun hijau = Desmodium intortum

desmodium = Desmodium heterocarpon ssp ovalifolium

Dewandaru = Eugenia uniflora L.

Digitalis = Digitalis purpurea L.

Dillenia = Dillenia philippinensis rolfe

Dlingo = Acorus calamus L.

Drakaena = Dracaena sanderiana vand.ex L.

Druju = Argemone mexicana L.

Dubois = Duboisia leichardtii f.moeller

Duku = Lansium domesticum corr

duku, langsat = Lansium domesticum

Duri tentong = Opuntia elatior mill

Durian = Durio zibethinus Murr.

duwet = Syzygium cumini

Eceng gondok = Eichhornia crassipes solms

ekaliptus = Eucalyptusalba Reinw. ex Blume

Ekor anjing. = Heliotropium indicum L.

Ekorkucing = Acalypha hispida burm.f

Elo = Ficus glomerata roxb

embacang = Mangifera altissima

Enceng-enceng = Cassia sophera L.

Enceng-enceng = Gynandropsis ginandra (L.brio

Gadung cina = Smilax zeylanica L

Gadung = Dioscorea hispida dennst

gamal = Gliricidia sepium

Gambet. = Polvgonum multiflorum thunb

Gambir laut = Clerodendron inerme (L.gaertn

gambir = Uncaria gambir (HunterRoxb.

Gandapura = Gaultheria fragrantissima auct.non wall

gandaria = Bouea macrophylla

Gandarusa = Justicia gendarussa burm.f

Gandasuli = Hedychium coronarium koen

Gandasulimerah = Hedychium angustifolium roxb

Ganyong = Canna edulis ker.

Gardenia = Gardenia mutabilis reinw

Garut = Maranta arundinacea L.

Gayam = Inocarpus edulis forst

gedang memedi = Carica pubescens

Gembolo = Dioscorea bulbifera L.

Gempur batu = Ruellia napifera zoll & mor

Gendis = Clinacanthus nutans lindau

Gendola = Basella rubra L.

Genjer = Umnocharis flava (L.buch

Genteng peujet = Quassia amara L.

Gewor = Commelina benghalensis L.

Gigil = Oichroa febrifuga lour

Ginje = Clerodendron indicum (L.o.k

Ginjean = Leonurus sibiricus L.

Girang merah. = Leea rubra bl

Girang = Leea aequata L.

Girang = Leea indica (burm.f.merr

glagah = Saccharum spontaneum

Glirisidia = Glyricidia sepium (jacq.kunth ex walp

glycine = Neonotonia wightii

Gobo = Arctium lappa L.

Gondang = Ficus variegata bl

Gowok = Eugenia polycephala miq

Grandiflorum = Solanum grandiflorum auct

grass pea = Lathyrus sativus

Grindelia = Grindelia robusta nutt.

Gringsingan = Hyptis suaveolens (L.poir

Gucen = Rubus rosaefolius smith

Gude = Cajanus cajan millspaugh

Hangkang = Palaquium leiocarpum Boerl.

Her = Coleus atropurpureus benth

Hiosiami = Hyoscyamus albus L.

ilalang = Imperata cylindrica

ilanos makro = Macroptilium longepedunculatum

Inggu = Ruta angustifolia (L.pers

Iprih = Ficus glabella bl

Irah-irahan = Cissus discolor bl

Iris = Iris pallida lamk

Jabung = Erigeron sumatrensis retz

Jagung jali = Coix lacryma-jobi L.

Jagung = Zea mays L.

Jahe = Zingiber officinale rosc

Jaka tuwa = Scoparia dulcis L.

Jalu mampang = Monstera pertusa auct

Jambe rende = Areca pumila bl

Jamblang = Eugenia cumini merr.

Jambon = Eugenia microcyma k.& v

Jambu air = Eugenia aquea burm.f

jambu air = Syzygium aqueum

Jambu biji = Psidium guajava L.

jambu bol = Syzygium malaccense

Jambu mawar = Eugenia jambos L.

jambu mawar = Syzygium jambos

jambu mete = Anacardium occidentale L.

Jambu monyet = Anacardium occidentale L.

jambu semarang = Syzygium samarangense

Janggelan = Mesona palustris bl

Jangkang = Homalocladium platycladum (f.muellbailey

Janti, jayanti = Sesbania sesban (L.merr

Jarak cina = Jatropha gossypifolia L.

Jarak kosta = Jatropha curcas L.

Jarak tintir = Jatropha multifida L.

Jarak = Jatropha podagrica hook

Jarak = Ricinus communis L.

Jarong lelaki = Stachytarpheta mutabilis vahl

Jati belanda = Guazuma ulmifolia lamk

Jati = Tectona grandis L.

Jawer kotok = Coleus blumei benth

jelutung = Dyera costulata (Miq.Hook f.

Jembirit = Tabernaemontana sphaerocarpa bl

Jenetri = Elaeocarpus ganitrus roxb

Jengger ayam = Celosia cristata L.

jengkol = Pithecellobium jiringa Prain

Jengkol = Pithecollobium lobatum benth

Jenu = Derris elliptica (roxb.)8enth

Jeruju = Acanthus ilicifolius L.

jeruk bali = Citrus maxima

Jeruk bali = Citrus maxima merr

jeruk kasturi = Citrofortunella microcarpa

Jeruk kates = Atalantia missionis oliv

Jeruk keprok = Citrus nobilis lour

jeruk keprok = Citrus reticulata

Jeruk kingkit = Triphasia trifoliata dc

jeruk manis = Citrus sinensis

jeruk nipis = Citrus aurantifolia

Jeruk nipis = Citrus aurantium (aurantifolia)

Jeruk purut = Citrus hystrix dc

Jeruk sitrun = Citrus medica L.

Jinten hitam = Nigella sativa L.

Johar = Cassia siamea lamk

Joho = Terminalia bellirica (gaertn)roxb

Jombang = Sonchus asper vill

Jombloh = Gynura crepidioides benth

Jrembak-jrembakan = Cardamine flexuosa with

Jukut ibun = Drymaria hirsuta bartl

jukut kidang = Centotheca latifolia

Kaca piring = Gardenia augusta merr

kacang arab = Cicer arietinum

kacang babi = Vicia faba

kacang batang = Macroptilium lathyroides

kacang bogor = Vigna subterrania

Kacang emas = Phaseolus lunatus L.

kacang gude = Cajanus cajan

Kacang hijau = Phaseolus radiatus L.

kacang hijau = Vigna radiata

Kacang kapri = Pisum sativum L.

kacang meongan = Aeschynomene americana

kacang merah/kacang panjang/kacang tunggak = Vigna unguiculata

Kacang panjang = Vigna sinensis (l.savi ex hassk

kacang parang = Canavalia ensiformis

kacang pinto = Arachis pintoi

kacang rimpang = Arachis glabrata

Kacang ruji = Phaseolus calcaratus roxb

kacang tanah = Arachis hypogaea

Kacang tanah = Arachis hypogaea L.

kacang uci = Vigna umbellata

kaimi = Desmodium incanum

Kaki kuda = Centella asiatica urb.

Kalatea batik = Calatea lietzei e.morren

kaliandra = Calliandra calothyrsus

Kaliandra = Calliandra haematocephala hassk

kalopo = Calopogonium caeruleum

kalopo = Calopogonium mucunoides

Kamboja merah = Plumeria rubra L.

Kangkung hutan = Ipomoea fistulosa mart.ex.cholsy

Kangkung = Ipomoea aquatica forsk

Kapai besar. = Lygodium japonicum (thunb.sw

Kapas cinde = Asclepias curassavica L.

Kapas = Gossypium arboreum L.

Kapitatum = Clerodendron capitatum schum.& thou

Kapri = Pisum sativum

kapuk = Ceiba pentandra Gaertn.

Kapulaga sabrang = Elettaria cardamomum (L.maton

Kapulaga = Amomum cardamomum willd

kapurbarus = Dryobalanopssumatrensis (J.F. GmelinKosterm

Kara bendo = Canavalia ensiformis (l.dc

Kara benguk = Mucuna pruriens dc

Kara = Dolichos lablab l.b

Karet = Ficus elastica nois.ex bl

Katak dewol = Dioscorea pentaphylla L.

Kate mas = Euphorbia heterophylla L.

Katuk = Sauropus androgynus merr

kawista = Limonia acidissima

Kayu angin = Usnea misaminensis (vain.not

Kayu apu = Pistia stratiotes L.

Kayu itam = Guatteria rumphii bl

Kayu kuning = Arcangelisia flava merr

Kayu lanang = Khaya sinegalensis L.

Kayu lanang = Oroxylum indicum (L.vent

Kayu nasi. = Maesa perlarius (lour.merr

Kayu ni = Berberis fortune!lindl

Kayu putih = Eucalyptus alba reinw

Kayu putih = Eucalyptus umbellata dum.cours

Kayu putih = Melaleuca leucadendra L.

Kayu rapet = Parameria laevigata (juss.moldenke

Kayu sapi = Pometia pinnata j.r.& g.forst

Kayu secang = Caesalpinia sappan L.

Kayu urip = Euphorbia tirucali L.

kecapi = Sandoricum koetjape

Kecapi = Sandoricum koetjape (burm.f.merr

Kecipir = Psophocarpus tetragonolobus dc

Kecombrang = Nicolaia speciosa horan

Kecubung gunung = Brugmansia suaveolens bercht.& presl

Kecubung pendek = Datura stramonium L.

Kecubung wulung = Datura metel L.

Kecubung = Brugmansia candida pers

Kecubung = Datura tatula L.

Kedawung = Parkia roxburgh!!G.don

Kedelai = Glycine max

Kedelai = Soya max piper

Kedinding = Cassia mimosoides L.

kedondong manis = Spondilas cytherea

kedondong seberang = Spondias purpurea

Kedondong = Lannea grandis engl

Kedondong = Spondias pinnata (l.f.kurz

Kedongdong laut = Nothopanax fruticosum miq

Keiumbar = Coriandrum sativum L.

Keji beling = Strobilanthes crispus bl

Keji besi = Hemigraphis rependa (L.hall.f

kekara = Macrotyloma uniflorum

Keladi = Caladium bicolor (w.ait.vent

Kelapa = Cocos nucifera L.

Kelembak = Rheum officinale baill

Kelor = Cucumis sativus L.

Kelor = Moringa oleifera lam

Kemarogan = Gymnopetalum leucostictum miq

Kembang anting-anting = Fuchsia speciosa hort

Kembang bulan = Tithonia diversifolia (hemsley)a.gray

Kembang ceplikan = Soudago virgo-aurea L.

Kembang emas = Stephanotis floribunda (r.br.brongn

Kembang kuning = Cassia surattensis burm,f

Kembang pukul empat = Mirabilis jalapa L.

Kembang sepatu = Hibiscus rosa-sinensis L.

kembang telang = Clitoria ternatea

Kembang telang = Clitoria ternatea L.

Kembang torong = Hippeastrum puniceum (lamk.o.k

Kembang wungu = Pharbitis nil (L.choisy

Kembangtorong = Hippeastrum equestre herb

Kemboja = Plumiera acuminata ait

kemenyan = Styrax benzoin Dryand.

Kemiren = Hernandia peltata meissn

Kemiri = Aleurites moluccana (L.willd

kemiri = Aleurites moluccana Willd.

Kemladean = Scurrula atropurpurea (bl.dans

Kemlandingan = Leucaena glauca benth

Kemloko = Phyllanthus emblica L.

Kemukus = Piper cubeba l.f

Kemuning = Murraya paniculata jacq

kemunting = Rhodomyrtus tomentosa

kenanga = Cananga odorata (LamkHook. f. & Thoms.

Kenanga = Canangium odoratum baill

Kenari = Canarium commune L.

Kencur = Kaempferia galanga L.

Kendal = Cordia obliqua auct

Kendung = Helicia javanica bl

Kenikir = Cosmos caudatus h.b.k.

Kenikir = Tagetes erecta L.

Kentang = Solanum tuberosum L.

Kentangireng = Coleus tuberosus benth

kenya clover = Trifolium semipilosum

Kepel = Stelechocarpus burahol (bl.)Hook.f.& th

kepel, burahol = Stelechocarpus burahol

Kepundung = Baccaurea racemosa muell.arg

Kerak nasi = Sambucus javanica reinw.ex bl

Kernbang bugang = Clerodendrum calamitosum L.

Kernbang matahari = Helianthus annus L.

kersen = Muntingia calabura

Kertau = Morus macroura miq

Kesambi = Schleichera oleosa (lour.oken

kesemek = Diospyros kaki

Kesemek = Diospyros kaki thunb

Ketela = Ipomoea batatas poir

Ketepeng cina = Cassia alata L.

Ketepeng = Cassia tora L.

KetuI = Bidens chinensis willd

Kibentili = Kickxia arborea bl

Kimpul = Xanthosoma violaceum schoot

Kina = Cinchona ledgeriana moens

Kina = Cinhona succtrubra pavon et klot

Kismis = Muehlenbeckia platyclada (f.v.muell.meissn

Kluwih = Artocarpus altilis (park.fsb

Kola leli = Zantedeschia aethiopica (L.spreng

Kola = Cola acuminata schott et endl.

komak = Lablab purpureus

Kompri = Symphytum officinale L.

konyal = Passiflora edulis

kopi gunung = Anacolosa frutescens

Kopi = Coffea arabica L.

Kopi = Coffea robusta lindl.ex de willd.

Krambilan = Biophytum sensitivum dc

Krangean = Litsea cubeba pers

Krangkong. = Ludwigia adscendens (L.hara

kratok = Phaseolus lunatus

Kremah = Alternanthera sessil1s r.br

Kremi = Portulaca quadrifida L.

Krisan = Chrysanthemum indicum L.

Krokot cina = Euphorbia prostata w.ait

Krokot = Portulaca oleracea L.

Kucing-kucingan = Acalypha indica L.

kudzu tropika, krandang = Pueraria phasealoides

Kuma-kuma = Crocus sativus L.

Kumis kucing = Orthosiphon spicatus b.b.s

kumkuat' = Fortunella

Kunci pepet = Kaempferia angustifolia rosc

Kunir putih = Kaempferia rotunda L.

Kunyit = Curcuma oomestica val.

kupi-kupi, beberetean = Rubus

Kuping gajah = Anthurium andreanum linden

Kuping macan = Saxifraga stolonifera meerb

kuweni = Mangifera odorata

Kwalot = Brucea javanica (L.merr

Kwalotan. = Bursera simaruba L.

Labu Air = Lagenaria leucantha (duch.rusby

Labu siem = Sechium edule sw

Lada = Piper njgrum L.

Laja gowah = Alpinia malaccensis (burm.f.roxb

Lampes = Ocimum sanctum L.

Landep = BarL.eria cristata L.

Landep = BarL.eria prionitis L.

Landik = Barleria lupulina lindl

Larasetu = Andropogon zizaniodes (l.)Urb

Lateng = Urtica grandidentata miq.non moris

Leci = Litchi chinensis sonn

Legetan = Spilanthes acmella murr

Legetan = Synedrella nodiflora gaertn

Legundi = Vitex trifolia L.

Lemon = Limonia acidissima auct.non L.

Lempuyang gajah = Zingiber zerumbet sm

Lempuyang wangi = Zingiber aromaticum val

Lempuyang = Zingiber amaricans bl

lengkeng = Dimocarpus longan

Lengkeng = Euphoria longana lamk

Lengkuas merah = Alpinia purpurata k.schum

Leng-lengan. = Leucas lavandulifolia smith

lentil = Lens culinaris

Lerak = Sapindus rarak dc

Lici = Litchi chinensis

Lidah ayam = Polygala glamerata lour

Lidah buaya = Aloe ferox miller

Lidah tiong. = Hedyotis diffusa willd

Lidah ular = Oldenlandia corymbosa L.

limau gedang = Citrus x paradisi

llat-ilatan = Ficus callosa willd

lles-iles = Amorphophallus variabilis bl

Lobak = Raphanus sativus L.

Lobelia = Lobelia inflata L.

Lobi-lobi. = Flaucortia inermis roxb

lokwat = Eriobotrya japonica

Lokwat = Eriobotrya japonica (thumb.lindl

Lontar = Borassus flabellifer L.

Luteng = Hydnocarpus anthelmintica pierre

Luteng = Taraktogenos kurzii king

Mahkota duri = Euphorbia milli ch.des moulins

Mahoni = Swietenia mahagoni jacq

maja = Aegle marmelos

makadamia = Macadamia hildebrandii V. St.

makadamia = Macadamia integrifolia

Makutadewa = Phaleria macrocarpa (scheffboerl

mangga bemban = Mangifera pentandra

mangga pari = Mangifera laurina

Mangga = Mangifera indica L.

Manggis = Gabcinia mangostana L.

manggis = Garcinia mangostana

Mangkudu = Morinda citrifolia L.

Manis jangan = Cinnamomum burmani bl.

Manis rejo = Vassinium varingiaefolium (bl.miq

Manon = Helminthostachys zeylanica hook

Markisa = Passiflora quadrangularis L.

Masoyi = Massoia aromatica becc

Mata ayam. = Ardisia crenata roxb

matoa = Pometia J.R. Foster & J.G. Foster

Mawar merci = Rosa multiflora L.

Mawar = Rosa chinensis jacq

Mawar = Rosa galica L.

Mbacang = Mangifera foetida lour

Melati kosta. = Brunsfelsia uniflora (pohl.d.don

Melati mayang. = Ligustrum sinense lour

Melati = Jasminum sambac (l.)W.ait

melinjo = Gnetum gnemon L.

Melon = Cucumis melo L.

Meniran = Phyllanthus niruri L.

Meniran = Phyllanthus urinaria L.

Menta = Mentha crispa rumph

Menta = Mentha meroinah back.ex ochse & back

Menta = Mentha piperita L.

Menting = Cassia occidentalis L.

Merakan = Caesalpinia pulcherrima (L.)Swartz

Mimba = Azadirachta indica a.juss

Mindi = Melia azeoarach L.

mittikelu' = Vigna aconitifolia

Mojo legi = Aegle marmelos (L.Corr

Mondokaki abang = Tabernemontana pardacaqui poir

Mondokaki = Tabernaemontana divaricata r.br

Mrambos hijau = Hibiscus sabdariffa L.

Mrambos merah = Hibiscus radiatus cav

Mrico kepyar = Ochna kirki1 oliver

Mrico kepyar = Phytolacca americana L.

Mrico lolot = Piper lolot c.dc

Mulwo = Annona reticulata L.

Mundu = Garcinia dulcis kurz

Mungsi arab = Artemisia cina berg.

Murbei = Morus alba L.

Nagasari = Messua ferrea L.

namnam = Cynometra cauliflora

Namnam = Cynometra cauliflora L.

Nampu hijau = Alocasia cucculata (lour.schoot

Nampu = Homalomena javanica v.a.v.r

Nanas Belanda = Sansevieria trifasciata prain

Nanas kerang = Rhoeo spathacea swartz

Nanas = Ananas comosus merr

Nanas-nanasan = Billbergia nutans wend.ex regel

nangka = Artocarpus

nangka = Artocarpus heterophyllus

nangka = Artocarpus heterophyllus Lam.

Nangka = Artocarpus integra merr

Nasturtium = Tropaeolum majus L.

nenas = Ananas comosus

Ngokilo = Strobilanthes laevigatus clarck

Nilam = Pogostemon cablin benth

Nipah = Nypa fruticans Wurmb.

Njari = Sonchus javanicus jungh

Nona makan sirih = Clerodenoron thomsonae balf.f

Nusa indah = Mussaenda phylippica L.

Nyamplung = Calophyllum inophyllum L.

okari' = Terminalia kaernbachii

Oleande = Nerium oleander L.

Oleander = Nerium indicum mill

Oleander = Thevetia peruviana (pers.k.schum

Orang-aring = Tridax procumbens L.

Orang-artng = Eclipta alba l.hassk

Origanum = Origanum vulgare L.

Orok-orok hutan = Flemingia congesta roxb

orok-orok lembut = Crotalaria juncea

Orok-orok sapi = Crotalaria striata dc

Orok-orok = Crotalaria anagyroioes h.b.k

Ototan = Ajuga reptans bugle

Otot-ototan = Plantago lanceolarta L.

Pacar banyu = Impatiens platypetala lindl

Pacar cina = Aglaia odorata lour

Pacar kuku = Lawsonia inermis L.

Pacing hias = Costus malortieanus wendl

Pacing = Costus megalobrachtea k.schum

Pacing = Costus speciosus smith.

Pacing = Costus spiralis rosc

padi burung = Echinochloa crus-galli

Padi = Oryza sativa L.

Pakis haji = Alsophila glauca (bl.j.sm

Pakis haji = Cycas rumphii miq

Paku andam = Dicranopteris dichotoma (thunb.bernh

Paku ekor tupai. = Lepidogrammatis rostrata (bedd.ching

Paku kawat. = Lvgodium scandens (L.sw

Paku pandan = Asplenium prolongatum hook

Paku pecut = Pteris ensiformis burm

Paku pedang. = Microsorium buergerianum (miq.ching

Paku rane = Selaginella doederlinii hieron

Paku sarang burung = Neottopteris nidus (L.J.smith

Paku sepat = Nephrolepis cordifolia (L.presl

Paku tanah. = Lindsaea orbiculata (lamk.mett

Paku tanjung = Diplazium esculentum swartz

Pala = Myristica fragrans houtt

Palikan kebo = Euphorbia hirta L.

Palmarosa = Andropogon martini roxb

Pandan bidur = Pandanus bidur jungh.ex miq

Pandan kecil = Pandanus polycephalus lamk

Pandan kowang = Pandanus furcatus roxb

Pandan wangi = Pandanus amaryllifolius roxb

Pandan = Pandanus tectorius soland.ex park

Panili = Vanilla planifolia andrew

Pare belut = Trichosanthes anguina L.

Pare = Momordica charantia L.

Parijoto. = Medinella speciosa L.

Patah tulang = Pedilanthus pringlei robins

Paveta = Pavetta indica L.

'pejibaye' = Bactris gasipaes

Penawar jambe = Cycas revoluta thunb

pepaya = Carica papaya

Pepaya = Carica papaya L.

Peperomia = Peperomia pellucida kunth

Peru balsem = Myroxylon balsamum harms

petai cina, lamtoro = Leucaena leucocephala

petai = Parkia speciosa Hassk

Pete = Parkia speciosa hassk

Peterseli = Petroselinum sativum hoffm

Picisan = Cycloporus nummularifolius c.chr.

'pili' = Canarium ovatum

Pinang = Areca catechu L.

Pinten = Dicliptera chinensis ness

Pinus = Pinus merkusii jungh.& de vr

Piretrum = Pvrethrum cinerariaefolium trev

Pisang hias = Heliconia colinsiana

Pisang ungu = Musa acuminata colla

pisang = Musa

Plasa = Butea monosperma (lamk.taub

plikatulum = Paspalum plicatulum

Plumbago = Plumbago capensis thunb

Pohon mangkok = Nothopanax scutellarium merr

Pohon sapu tangan = Maniltoa granoiflora scheff

Poko = Mentha arvensis L.

Poncosudo = Jasminum pubescens willd

Ponon kamfer = Cinnamomum camphora (L.presl

Posor = Pseudoranthemum diversifolium mio

Prabu kenyo = Passiflora lunata willd

Prana jiwa = Euchresta horsfieldii (lesch.benn

Prasman = Eupatorium triplinerve vahl

Preh = Ficus ribes reinw

Pucung = Pangium edule reinw

Pule pandak = Rauwolpia verticillata lour

Pule = Alstonia macrophylla wall.ex g.don

Pulu pandak = Rauwolfia serpentina benth

Puluian = Urena lobata L.

Puring = Codiaeum variegatum bi.

Purwaceng = Pimpinella alpina k.d.s

Purwoceng gunung = Artemisia lactiflora wall

Puspa = Schima noronhae reinw

Putat = Barringtonia spicata bl

Puteran = Helicteres isora L.

putri malu = Mimosa pudica

Puyan = Aristolochia debile sieb.et zucc

Racunan = Euphorbia pulcherrima willd

Rambutan = Nephelium lappaceum L.

Rampelas = Ficus ampelas burm.f

Randa nunut = Drymaria cordata willd

Randu = Ceiba pentandra gaertin

Rane = Selaginella unsinata (desv.spring

Ranggis (Jawa = Lonicera japonica thunb

Ranggitan = Rubia cordifolia L.

rangkas = Vaccinium

Ranti = Solanum nigrum L.

Remek watu. = Hedyotis aur1cular1a L.

rukam = Flacourtia rukam

Rukam = Flacourtia rukam zoll.& mor

Ruku-ruku utan = Hyptts suaveolens (L.poit

Rumex = Rumex acetosa L.

rumput australi = Paspalum dilatatum

rumput awis = Thysanolaena latifolia

rumput bahia = Paspalum notatum

rumput bambu = Arundinaria pusilla

Rumput bambu = Pogonatherum crinitum (thunb.kunth

Rumput bayam = Corchorus acutangulus lamk

rumput bebek = Echinochloa colona

rumput benda laut = Panicum repens

rumput benggala = Panicum maximum

rumput bermuda, rumput grinting = Cynodon dactylon

rumput bintang = Cynodon nlemfuensis

Rumput bolon = Equisetum debile roxb

rumput bunga putih = Asystasia gangetica

rumput ceker ayam = Digitaria ciliaris

rumput columbus = Sorghum x almum

rumput cori = Brachiaria subquadripara

rumput digit = Digitaria milanjiana

rumput ekor kucing = Pennisetum polystachion

rumput embun = Bothriochloa pertusa

rumput emprit-empritan = Eragrostis tenella

rumput gajah = Pennisetum purpureum

rumput gamba = Andropogon gayanus

Rumput ganepo = Salvinia natans (L.all

Rumput gelam = Polygonum cuspidatum siep.et zucc

rumput guatemala = Tripsacum andersonii

rumput guinea ramping = Panicum maximum var. trichoglume

rumput hindi = Dichanthium annulatum

rumput italia = Paspalum distichum

Rumput jeboran = Commelina nudiflora L.

Rumput kawat. = Lycopodium cernuum L.

Rumput kelurut. = Lophatherum gracile brongn

rumput kemarau = Ischaemum muticum

rumput kemuncup = Chrysopogon aciculatus

Rumput kenop. = Kyllinga monocephala rottb

rumput kerbau derapah, kaci = Desmodium heterocarpon

rumput kerbau = Paspalum conjugatum

rumput ketam = Stenotaphrum secundatum

rumput kikuyu = Pennisetum clandestinum

rumput kinangan = Paspalum scrobiculatum

Rumput kipas = Selaginella tamarisc1na (bauv.spring

rumput koronivia = Brachiaria humidicola

rumput kumpai = Hymenachne acutigluma

rumput manila = Zoysia matrella

rumput melayu = Ischaemum magnum

Rumput merakan = Themeda arguen (L.hack

rumput musim panas hijau = Brachiaria distachya

rumput padang = Ischaemum ciliare

rumput pahit = Axonopus compressus

rumput pait = Ottochloa nodosa

rumput palisade = Brachiaria brizantha

rumput pangola = Digitaria eriantha

rumput para = Brachiaria mutica

Rumput putih = Chlorophytum comosum (thunb.baker

rumput randan = Ischaemum rugosum

rumput rhodes = Chloris gayana

rumput ruzi = Brachiaria ruziziensis

rumput sabi = Urochloa mosambicensis

rumput sarang buaya = Ischaemum timorense

rumput sinyal = Brachiaria decumbens

rumput sisik betok = Desmodium heterophyllum

rumput sudan = Sorghum x drummondii

rumput tapak jalak = Dactyloctenium aegyptium

rumput tombak, merakan = Heteropogon contortus

rumput udang = Eragrostis unioloides

rumputmerakan lanang = Themeda triandra (

'runner bean' = Phaseolus coccineus

Rusmarin = Rosmarinus ofrcjnalis L.

Saga = Abrus precatorius L.

sagu = Metroxylon sagu Rottboel

Salah nyowo = Poligonum barbatum L.

Salah nyowol = Jussieua erecta L.

'salak kumbar' = Salacca wallichiana

Salak = Salacca edulis reinw

salak = Salacca zalacca

Salam = Eugenia polyantha wight

Salfia = Salvia coccinea juss

Salfia = Salvia splendens sello

Saliyah = Rhododendron mucronatum bl.g.don

Sambang colok = Aerva sanguinolenta bl

Sambang darah = Excoecaria bicolor hassk

Sambang darah = Hemigraphis colorata hall.f

Sambeng = Lasia spinosa (L.thw

Samber lilen = Strobilanthes dyerianus mast

Sambiloto = Andrographis paniculata nees

sanagori = Codariocalyx gyroides

Sangketan = Achyranthes aspera L.

Sangketan = Achyranthes bidentata blume

Sangketan = Moschosma polystachium benth

Sangsri = Celosia argentea L.

sarikaya = Annona squamosa

'sauge' = Finchia chloroxantha

Sawi belanda. = Lactuca indica L.

Sawi India = Lactuca indica L.

Sawi lemah = Nasturtium indicum d c

Sawi putih = Brassica chinensis L.

Sawi = Brassica juncea (L.chern

sawo duren = Chrysophyllum cainito

sawo hitam = Diospyros digyna

sawo manila = Manilkara zapota

sawo putih = Casimiroa edulis

Sawo = Manilkara kauki dub

Sawomanila = Achras zapota L.

Sayor putih = Pisonia sylvestris t.& b

Sedap malam = Cestrum nocturnum L.

Segawesabrang = Adenanthera pavonina

Selasih = Ocimum basilicum L.

Selat = Lactuca sativa L.

Seledri = Apium graveolens L.

Seligi = Phyllanthus buxifolius muell.arg

semanggi landa = Trifolium repens

semanggi = Desmodium uncinatum

Semanggi = Hydrocotyle sibthorpioides lamk

Semanggi = Marsilea crenata presl

Semanggi = Oxalis corniculata linn

Semangka = Citrullus vulgaris schrad

Semboja Jepang = Euphorbia plumerioides teysm.ex hassk

Sembukan = Paederia foetida L.

Sembung kuwuk = Blumea lacera dc

Sembung = Blumea balsamifera dc

Senggani = Melastoma polyanthum bl

Senggugu = Clerodendron serratum spreng

Sengon laut = Albizzia falcataria (L.Fosberg

Senopodi = Chenopodium ambrosioides L.

Sente = Alocasia macrorrhiza schott

Senting = Cassia laevigata willd

sentro = Centrosema pubescens

Senu = Pipturus incanus (bl.wedd

Sere = Andropogon citratus dc

Sere = Andropogon nardus L.

SerpJIi = Thymus serphyllum L.

Seruni = Wedelia calendulacea less

setaria, sekoi = Setaria sphacelata

Seuseureuhan = Piper aduncum L.

Sidaguri = Sida rhombifolia L.

Sidawayah = Woodfordia floribunda salisb

Silibum = Silybum marianum (L.gaertner

Simbar layangan = Drynaria sparsisora moore

Simbar menjangan = Platycerium bifurcatum c.chr

Simbar pedang = Microsorium fortunei (mooreching

Sinyo nakal. = Ddranta repens auct.non jacq

sipadi = Ficus subcordata

siratro = Macroptilium atropurpureum

Sirih = Piper betle L.

sirsak = Annona muricata

sitrun = Citrus medica

Soka = Ixora coccinea L.

Solidago = Solidago lepida dc

Som jawa = Talinum triangulare willd

Som = Talinum paniculatum gaertn

Songgo langit = Quamoclit pinnata bojer

Sono keling. = Dalbergia latifolia roxb

Sosor bebek = Kalanchoe daigremontiana dc

Sosor bebek = Kalanchoe integre (medik)o.k

Sosor bebek = Kalanchoe laciniata (L.dc

Sosor bebek = Kalanchoe pinnata pers

Sri Rejeki = Oieffenbachia seguine (jacq.schott

Srigading = Nvctanthes arbor-tristis L.

Srikaya = Annona muricata L.

Srikaya = Annona squamosa L.

Stepania = Stepania hernandifolia (willd.walp

Stevia = Stevia rebaudiana bertonii m

Stropanti = Strophantus gratus (bth.baill

stylo perduan = Stylosanthes scabra

stylo = Stylosanthes guianensis

Suji = Pleomele angustifolia n.e.brown

Suket tulangan = Eleusine indica (L.gaertn

sukun = Artocarpus altilis

sukun = Artocarpus altilis (Park.Fosberg

Sukun = Artocarpus communis forst

Sumba kling = Bixa orellana L.

Suplir = Adiantum cuneatum langs.& fisch

Suruhan = Peperomia pellucida (l.h.b.k

Susudu = Euphorbia antiquarum L.

Suweg = Amorphophallus campanulatus bl

Tabat barito = Ficus deltoidea jack

Taiwan beauty = Cuphea hyssopifolia h.b.k

Tales = Colocasia esculenta schott

Tali putri = Cassytha filiformis L.

Talok = Muntingia calabura L.

Tanjung = Mimusops elengi L.

Tapak doro = Vinca rosea u

Tapak liman = Elephantopus scaber L.

Taraksakum = Taraxacum officinale wiggers

tarisi = Albizia lebbeck

Tarum = Indigofera sumatrana gaertn

Tebu = Saccharum officinarum L.

Tegari = Dianella montana bl

Teh kembang = Matricaria chamomilla L.

Teh = Camellia sinensis (L.)O.k

Teh-tehan merah = Acalypha microphylla L.

Tekelan = Eupatorium riparium reg.

Teki = Cyperus rotundus L.

Teki = Kyllinga brevifolia rottb

Tekomaria = Tecomaria capensis spach

Telasihan = Cinnamomum partenoxylon (jack.meissn

Tembakau India = Lobelia nicotiana L.

Tembakau = Nicotiana tabacuwi L.

Tembelek = Lantana camara L.

Tempuh wiyang = Emilia sonchifolia dc

Tempuyung = Sonchus arvensis L.

Temu giring = Curcuma heyneana val

Temu ireng = Curcuma aeruginosa roxb.

Temu kunci = Boesenbergia pandurata (roxb.)Schlecht

Temu lawak = Curcuma xanthorrhiza roxb

Temu mangga = Curcuma mangga val

Temu putih = Curcuma zedoaria (berg.roscoe

tengkawang = Shorea spp.

'tepary bean' = Phaseolus acotifolius

Tepussigung = Achasma coccineum val

terap = Artocarpus odoratissimus

Terate putih = Nymphaea alba L.

terong belanda = Cyphomandra betacea

Terong cepoka = Solanum torvum swartz

Terong mandras = Cyphomandra botacea sendtn

Terong ngor = Solanum indicum L.

Terong siam = Solanum sanitwongsei L.

Terong susu = Solanum mammosum L.

Terong teter = Solanum verbacifolium set.w

Terong = Solanum melongena L.

Terri = Thymus vulgaris L.

Tikusan = Clausena excavata burm.f.

timunan = Leptochloa chinensis

Timun-timunan = Trichosanthes cucumeroides maxim

tinloy = Chrysopogon orientalis

Tolod = Isotoma longiflora (L.presl

townsville stylo = Stylosanthes humilis

Trembesi = Pithecolobium saman benth

Trengguli = Cassia fistula L.

'tulip' = Gnetum costatum

turi rawa = Aeschynomene falcata

Turi = Sesbania grandiflora pers

Ubi kates = Ipomoea cairica (L.sweet

Ubi singkong = Manihot utillissima pohl

Umyung = Gynura aurantiaca o c

Uwi = Dioscorea alata L.

Uyah-uyahan = Ficus quersifolia roxb

uyung = Schefflera octophylla (lour.harms

Valerian = Valeriana officinalis L.

Verbaskum = Verbacum thapsus L.

vigna menjalar = Vigna parkeri

Viola = Viola hirta L.

Viola = Viola odorata L.

Waluh = Cucurbita moschata durch

wampi' = Clausena lansium

Waron = Abelmoschus moschatus medik

Waru gombong = Hibiscus similis bl

Waru lengis = Hibiscus tiliaceus L.

Wedahan = Dichrocephala auriculata (thunb.druce

Weru = Albizzia procera (roxb.benth

Wewehan = Monochoria vaginalis (burm.f.presi

Widosari = Ipomoea digitata L.

Wijaya kusuma = Hylocreus undatus (haw.)Britt.et rose

Wijen = Sesamum indicum L.

Wora-wari gantung. = Hibiscus schizopetalus (mast.)Hook.f

Wortel = Daucus carota L.

Wuluhan = Panicum palmifouum willd

Zebrina = Zebrina pandula schnizl
READ MORE - Daftar Nama Latin Botani